Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Peringatan Satu Suro yang Diadakan Sejak Kerajaan Mataram Islam

Kompas.com - 09/08/2021, 21:01 WIB
Nabilla Ramadhian,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com – Tahun ini, perayaan Satu Suro jatuh pada 10 Agustus 2021, meski hari libur nasionalnya digeser menjadi 11 Agustus.

Dalam merayakan pergantian Tahun Baru Jawa atau Tahun Baru Islam ini, biasanya masyarakat Jawa melakukan sejumlah ritual dan tradisi pada malam hari sebelumnya.

Melansir Kompas.com, Sabtu (31/8/2019), di Kota Surakarta terdapat tradisi Kirab Kebo Bule. Beberapa ekor kebo bule yang merupakan pusaka Keraton Surakarta Hadiningrat akan diarak keliling kota.

Baca juga: Tradisi Perayaan Satu Suro di Pura Mangkunegaran Surakarta

Sebagian masyarakat Surakarta dikatakan percaya bahwa kerbau-kerbau tersebut merupakan turunan dari Kebo Bule Kiai Slamet yang dianggap keramat.

Kendati demikian, bagaimana awal mula dan sejarah terjadinya perayaan malam satu suro atau malam Tahun Baru Hijriah?

Sejarah peringatan malam satu suro

Menurut Harian Kompas, Kamis (4/3/1971), penetapan satu suro sebagai Tahun Baru Jawa telah dilakukan sejak zaman Sultan Agung Hanyakrakusuma atau yang dikenal sebagai Sultan Agung.

Ia merupakan Sultan Kerajaan Mataram Islam pada 1613-1645 dan mendapat gelar Wali Radja Mataram dari para ulama.

Lukisan Sultan Agung karya S SudjojonoIndonesian Visual Art Archive/Dwi Rachmanto Lukisan Sultan Agung karya S Sudjojono

Adapun, penyematan gelar tersebut dilakukan karena dia berjasa dalam menyebarkan ajaran Islam tanpa menghapus tradisi Jawa.

Pada 1633 Masehi, atau pada tahun Jawa 1555, Sultan Agung mengadakan selametan secara besar-besaran. Dalam pesta tersebut, dia juga menetapkan Satu Suro sebagai tanda Tahun Baru Jawa.

Baca juga: Pura Mangkunegaran Kembali Tiadakan Kirab Pusakadalem Tahun 2021

Namun, keputusan tersebut diambil setelah dilakukan perpaduan kalender Hijriah dan kalender Jawa.

Dalam pemberitaan Kompas.com, Senin (10/9/2018), keputusan juga diambil dengan memadukan sistem penanggalan Islam, Hindu, dan sedikit pengaruh penanggalan Julian dari Barat.

Pengeluaran dekrit satu suro

Setelah mengambil keputusan tersebut, Sultan Agung dari Kerajaan Mataram mengeluarkan sebuah dekrit.

Baca juga: Ritual Pencucian Keris Saat Bulan Suro pada Masyarakat Jawa

Dekrit tersebut menyatakan, adanya penggantian penanggalan Saka yang berbasis putaran matahari dengan kalender Qamariah yang berbasis putaran bulan.

Adanya perubahan tersebut membuat setiap angka tahun Jawa diteruskan dan berkesinambungan dengan tahun Saka.

Adapun menurut informasi dalam Belajar.kemdikbud.go.id, penetapan 1 Muharam sebagai awal kalender Islam telah dilakukan sejak zaman Khalifah Umar bin Khatab.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com