Menurut Batoro dalam bukunya, rumah tradisional suku Tengger pada awalnya masih berupa rumah gubuk sederhana.
Atap rumah terbuat dari alang-alang atau susunan bambu yang dibelah.
Perkembangan arsitektur rumah suku ini mencerminkan perkembangan sosial budaya yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
Secara adat, susunan ruang di rumah suku Tengger terdiri atas petamon atau ruang tamu, paturon atau ruang tidur, pawon atau dapur dan padmasari atau tempat pemujaan terhadap Sang Hyang Widi.
Baca juga: 7 Wisata di Kawasan Bromo dan Semeru yang Wajib Dikunjungi
Rumah adat suku Tengger aslinya memiliki lantai kayu dan pintu geretan yang dilengkapi kunci kayu atau slorok. Rumah ini memiliki tiang utama yang berumlah empat sampai 12 buah.
Suku Tengger menggunakan bahasa Jawa-Tengger dalam kehidupan sehari-hari. Seperti bahasa Jawa pada umumnya, ada tingkatan bahasa yang digunakan untuk menunjukkan rasa hormat.
Bagi orang yang sudah akrab atau berusia seantaran, mereka biasanya menggunakan bahasa ngoko dengan logat Tengger yang khas.
Sedangkan untuk menunjukkan rasa hormat pada orang yang lebih tua atau memiliki kedudukan yang lebih tinggi, mereka akan menggunakan bahasa krama.
Baca juga: Viral, Lokasi Erupsi Semeru Jadi Spot Selfie, Termasuk Dark Tourism?
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.