Taman bercerita bahwa dulunya Sewu Sambang merupakan bukit yang hanya ditanami rumput untuk pakan ternak warga sekitar. Jalannya pun masih sulit untuk diakses.
Lalu pada 2016, banyak pemuda sekitar yang menyadari potensi keindahan alam dari atas Bukit Sewu Sambang.
Akhirnya para pemuda setempat memutuskan untuk menjadikan tempat ini wisata alam. Mereka bekerja bakti membersihkan jalur menuju bukit. Lantas membersihkan wilayah atas bukit dengan memangkas rumput selalu lebat.
Baca juga:
Dalam waktu setahun lebih, akses menuju Sewu Sambang dan puncak bukitnya dibersihkan dan diperbaiki. Lalu, gazebo dan tempat duduk dibangun di puncak bukit. Hingga akhirnya pada 2019, wisata alam ini dibuka secara resmi untuk umum.
Tamam mengatakan, hadirnya tempat wisata ini sedikit banyak berpengaruh terhadap warga sekitar, meski tak semuanya. Lingkungan Papring kini sudah dikenal banyak orang.
"Jadi warga lebih percaya diri, dulu daerah kami dikenal terpencil, jalan jelek, mistis, dan terisolasi," kata dia.
Dampak ekonomi, kata dia, memang belum terlalu luas. Namun dengan adanya wisata ini sudah ada warga yang berjualan di tempat wisata.
Ke depan, wisata ini akan dikembangkan dengan menyediakan glamour camping (glamping). Rencananya akan dibangun tenda permanen untuk tempat menginap dengan beragam paket-paket wisata.
Kolaborasi wisata edukasi juga akan dilakuan bersama Kampung Baca Taman Rimba (Batara). Pengunjung akan diajak melihat dan terlibat dalam pembelajaran yang ada di Kampung Batara.
Kampung Batara merupakan tempat belajar, membaca, dan bermain anak-anak berbasis lingkungan, adat, dan budaya di Lingkungan Papring.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.