Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suku Sasak, Jadi Rebutan Kerajaan Majapahit hingga Jepang

Kompas.com - 25/08/2021, 08:36 WIB
Kistin Septiyani,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

Agama dan kepercayaan suku Sasak

Dilansir dari Mengenal Suku Sasak, Salah Satu Suku Asli di Indonesia yang disusun Pusat Data Analisa Tempo, kerajaan-kerajaan kecil dengan kepercayaan animisme dan dinamisme berdiri di Lombok sebelum Majapahit menguasai Nusantara.

Kerajaan Selaparang merupakan kerajaan terbesar di wilayah tersebut. Akan tetapi, kerajaan tersebut akhirnya takluk setelah diserang Majapahit pada 1357.

Masyarakat suku Sasak yang awalnya memiliki kepercayaan animisme dan dinamisme kemudian mulai memeluk agama Hindu-Buddha.

Kekuasaan Majapahit atas wilayah tersebut runtuh pada abad ke-16. Keruntuhan Majapahit bersamaan dengan munculnya Kerajaan Islam Demak di Jawa. Persebaran agama Islam ini juga sampai ke wilayah Pulau Lombok.

Desa Bayan dipercaya masyarakat setempat sebagai pintu gerbang masuknya Islam di Suku Sasak. Desa ini terletak di Kabupaten Lombok Utara, NTB.

Baca juga: 

Tokoh yang pertama kali menyebarkan Islam di Lombok hingga kini masih sulit untuk dipastikan.

"Ada yang mengatakan Islam dibawa oleh Gaos Abdul Eazak dari Baghdad. Versi lain menyebutkan, penyiar Islam pertama adalah Sunan Perapen alias Pangeran Songopati dari Jawa," papar Pusat Data dan Analisa Tempo dalam buku tersebut.

Agama Islam diyakini telah masuk ke daerah tersebut ratusan tahun yang lalu. Hal itu karena ada banyak peninggalan yang ditulis dalam bahasa Jawa Kuno atau Jawa Kawi yang menjadi bukti berkembangnya ajaran Islam.

Para ahli menemukan sejumlah naskah kuno yang ditulis pada daun lontar, kulit kambing, atau bambu yang berisi tentang agama.

Mereka juga menemukan sebuah kitab Quran yang ditulis tangan pada lembaran kulit kambing. Kitab tersebut konon dibawa oleh Sunan Perapen pada abad ke-16 setelah Majapahit runtuh.

"Ada juga sebuah masjid yang kabarnya sudah berusia 300 tahun. Sekarang sudah agak lapuk, tetapi tetap dimanfaatkan untuk salat Idul Fitri, Idul Adha, dan Peringatan Maulid Nabi Muhammad," imbuh Pusat Data dan Analisa Tempo.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com