Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suku Asmat dan Legenda Patung Bernyawa

Kompas.com - 26/08/2021, 14:29 WIB
Kistin Septiyani,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Suku Asmat adalah suku terbesar di Provinsi Papua. Suku ini memiliki populai yang paling banyak di antara suku-suku di Papua lainnya.

"Suku Asmat mendiami dataran rendah berawa-rawa, berlumpur, dan ditutupi oleh hutan tropis. Sungai yang mengalir di daerah ini banyak sekali dan warnanya gelap karena lumpur," tulis Ummu Fatimah Ria Lestari dalam jurnal berjudul Mitos Asmat Fumiripits dalam Kajian Antropologi Sastra.

Baca juga: Ukiran Asmat Sudah Mendunia, Pantas Disukai Wisatawan

Nama suku Asmat mulai dikenal oleh khalayak pada tahun 1930. Hal tersebut bermulai dari serangan suku ini ke daerah suku Mimika.

Dalam sumber lain, Perhiasan Tradisional Indonesia karya Husni dan Siregar, suku Asmat disebut mendiami beberapa wilayah seperti Kecamatan Agat, Suwa Elma, Ady dan Pantai Kasuari.

Mitos Fumiripits

Suku Asmat di Papua DOK. Shutterstock/Sergey UryadnikovShutterstock/Sergey Uryadnikov Suku Asmat di Papua DOK. Shutterstock/Sergey Uryadnikov
Melansir Mitos Asmat Fumiripits dalam Kajian Antropologi Sastra, terdapat sebuah legenda tentang sosok Fumiripits yang dipercaya menjadi nenek moyang suku Asmat.

Fumiripits digambarkan sebagai seorang pemuda pekerja keras. Suatu hari ia melihat gadis-gadis yang tengah mandi di Sungai Sirets.

Untuk menutupi dirinya dari para gadis, ia bersembunyi di sebuah perahu lesung. Ia menutupi dirinya dengan sebuah tikar.

Dalam keadaan terbungkus tikar di atas perahu lesung tersebut Fumiripits hanyut oleh aliran sungai. Ia pun terdampar di tepi Sungai Momants.

Baca juga: 

Fumiripits kemudian membangun sebuah rumah panjang sebagai tempat tinggal, tetapi ia merasa kesepian.

Ia pun membuat patung dan meletakkannya berjejer di sekitar rumahnya.

Singkat cerita, patung-patung tersebut berna-as dan hidup menjadi manusia. Patung-patung inilah yang dipercaya menjadi asal suku Asmat yang ada hingga kini.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com