Dilansir dari Kondisi Papua Terkini: Berangkat dari Kasus Asmat karya Widharyanto, perpaduan budaya suku Asmat dengan budaya lain mulai terjadi ketika ekspedisi orang Eropa di wilayah Pasifik, tepatnya sekitar tahun 1904.
"Ekspedisi pertama dan kedua dilakukan Lorentz dan berikutnya oleh Franssen Herderschee. Ekspedisi berikutnya dilakukan pda tahun 1922 dan 1923," jelas Widharyanto dalam tulisannya.
Sejak saat itu ekspedisi ke tanah Papua terus dilakukan. Semua ekpedisi tersebut merupakan ekspedisi ilmiah.
Ekspedisi penyebaran agama juga terjadi sekitar tahun 1912-an. Pos pertama gereja di daerah Asmat dibuka pada tahun 1953 oleh Pastor Zegwaard dan Pastor Welling.
Baca juga:
"Penduduk Kabupaten Asmat berjumlah kurang lebih 90.000-an orang. Mayoritas, sekitar 70 persen beragama Katolik dan sisanya sekitar 30 persen beragama Kristen Protestan dan Islam," tulis Widharyanto lebih lanjut.
Dilansir dari Budaya Lokal Sebagai Potensi dalam Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kabupaten Asmat karya L. Edhi Prasetya, suku Asmat memiliki sistem kepercayaan tradisional sebelum ajaran Katolik datang.
Suku ini mengenal tiga konsep dunia yaitu, amat ow capinmi yang berarti alam kehidupan sekarang, dampu ow capinmi yang artinya alam persinggahan roh yang sudah meninggal, dan safar yang berarti surga.