Melihat tingginya antusiasme masyarakat, Ironman bisa menjadi cara baru menarik perhatian wisatawan mancanegara untuk berkunjung dan berwisata di Indonesia. Event ini semakin memperjelas bahwa Bintan menjadi salah satu destinasi sport tourism terbaik di Indonesia.
Selanjutnya adalah pacu jawi, sport tourism dengan kearifan lokal yang dikenal dengan balapan sapi. Upacara adat ini, sekarang menjadi salah satu sport tourism unggulan Sumatera Barat yang telah mendunia. Bahkan, juga ditunggu-tunggu wisatawan lokal dan mancanegara.
Dalam tradisi, Pacu Jawi menjadi perayaan ucapan syukur atas masa panen masyarakat. Itulah mengapa, balapan sapi dilakukan di hamparan sawah berlumpur selepas sawah-sawah telah panen padi.
Uniknya, joki mengendalikan sapi dengan cara menggigit ekor sapi agar semakin berlari kencang.
Tidak kalah menarik, sport tourism dengan kearifan lokal khas Indonesia selanjutnya adalah Festival Perahu Sandeq. Buat yang belum tahu, Perahu Sandeq adalah perahu tradisional Suku Mandar, Sulawesi Barat.
Perahu tersebut digadang-gadang sebagai perahu tercepat di dunia. Bahkan, perahu Sandeq konon bisa mencapai kecepatan 15-29 knot, atau sekitar 54 km/jam.
Keunikan perahu Sandeq juga telah dilirik dunia. Pasalnya, perahu ini menjadi salah satu aset nasional yang dipamerkan di Museum d’Histoire Naturelle, Perancis.
Perlu dikethui, desain Perahu Sandeq telah berusia 3.000 tahun dan menjadi salah satu perahu tertua dalam sejarah maritim Indonesia.
Oleh karena itu, Festival Perahu Sandeq bisa menjadi ajang pariwisata budaya maritim yang dapat menarik minat wisatawan lokal dan mancanegara.
Kalau tadi sapi, sport tourism selanjutnya menggunakan kuda poni khas Sumba, yaitu Sandalwood.
Menurut sejarah, kuda Sandalwood merupakan persilangan kuda Arab dengan kuda lokal untuk mendapatkan penampilan yang lebih gagah.
Diambil dari nama pohon cendana, kuda Sandalwood memiliki ciri fisik yang lebih pendek dibandingkan kuda ras Eropa maupun Amerika. Tinggi punggung kuda hanya sekitar 130-140 cm, tetapi memiliki leher yang kekar.
Baca juga: Ratusan Koleksi Lukisan Presiden Soekarno di Istana Bogor
Kuda tersebut memiliki berbagai warna, mulai dari abu-abu, hitam, coklat tua, putih, hingga belang.
Selama Festival Kuda Sandalwood berlangsung, kuda didekorasi memakai aksesori unik. Selain itu, penunggangnya menggunakan kostum tradisional. Di festival yang satu ini, wisatawan juga dapat merasakan sensasi berkuda keliling berbagai destinasi menakjubkan di Sumba.
Kalau tadi di Sumba, sekarang pindah pada sport tourism berkuda di Aceh, Pacuan Kuda Gayo.
Konon, pacuan yang diikuti ratusan kuda ini sudah dilakukan sebelum Belanda datang.
Pacuan Kuda Gayo merupakan tradisi turun temurun masyarakat Gayo untuk menyambut dan merayakan masa panen, yakni antara Agustus dan September. Berawal dari budaya turun temurun, kegiatan ini menjadi salah satu daya tarik wisata di Gayo.
Dilihat dari potensi sport tourism dengan kearifan lokal di Indonesia, bukan tidak mungkin jika jenis pariwisata ini dapat memberikan dampak positif bagi pemulihan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia ke depannya, bukan?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.