Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Weton Jawa, Penanda Hari Kelahiran yang Dihitung dengan Kalender Jawa

Kompas.com - 30/08/2021, 07:07 WIB
Nabilla Ramadhian,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

Nama hari dalam kalender Jawa

Selain mengubah sistem penanggalan dalam sejarah kemunculan kalender Jawa, Totok mengatakan bahwa ada penyesuaian untuk nama bulan dan hari.

“Nama hari dari Minggu hingga Sabtu dalam bahasa Sansakerta disebut Radite, Soma, Anggara, Budha, Respati, Sukra, dan Tumpak. Lantas, nama-nama hari tersebut diubah menjadi nama hari yang mirip dalam bahasa Arab,” ucapnya.

Baca juga: Itinerary Wisata Candi di Jogja, Jelajah 3 Hari 2 Malam

Menurut dia, perubahan nama hari itu menunjukkan terdapat banyak pengaruh penanggalan Islam dalam sistem penanggalan Jawa.

Misalnya, jika jika hari itu sebagai saptawara atau tujuh hari, maka menjadi Ngadah atau Ahad, Senen, Slasa, Rebo, Kemis, Jemuwah, dan Setu.

“Tak hanya hari, dalam penanggalan Jawa terdapat pasaran yang disebut pancawara. Pasaran terdiri dari Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon,” kata Totok.

Baca juga: Tradisi Perayaan Satu Suro di Pura Mangkunegaran Surakarta

“Perpaduan saptawara dan pancawara ini bersiklus 35 harian (selapan). Nah, pancawara ini merupakan wujud unsur Jawa yang tidak ditemukan dalam penanggalan Hijriyah dan Masehi,” imbuhnya.

Lewat weton, perayaan hari kelahiran tidak cuma setahun sekali

Bagi sebagian orang, perayaan hari kelahiran merupakan sesuatu yang sangat ditunggu-tunggu karena mereka hanya bisa melakukannya setiap satu tahun sekali.

Kendati demikian jika dilihat dari weton, Totok mengatakan bahwa orang Jawa hari lahirnya diperingati setiap 35 hari sekali dalam setahun.

“Pada hakikatnya, mereka bukan berhari ulang tahun melainkan mengulang tanggal dan kelahiran. Dan tahun kan tidak terulang,” papar dia.

Baca juga: 4 Jajanan Pasar Murah dan Legendaris di Solo, Enak tapi Jarang yang Tahu

Sebagai contoh, jika seseorang lahir pada 14 November, dia tidak merayakan ulang tahun setiap 14 November namun setiap kali penanggalan di kalender memasuki Minggu Wage.

Jika umumnya seseorang memperingati kelahirannya setahun sekali, apabila berdasarkan weton, maka setiap 35 hari sekali mereka merayakan ulang tahun dengan selamatan atau bancakan.

“Jadi tidak berkesan hura-hura atau berlebihan. Kalau anak zaman sekarang, memperingati ulang tahun kadang ada kejutan dengan memecahkan telor di kepala misalnya. Ini terkesan mubadzir dan menjadi bahan tertawaan,” lanjut Totok.

Baca juga: Dolan ke Solo, Jangan Lupa Lihat Kampung Batiknya

Saat ini, menurutnya banyak orang Jawa yang tidak tahu wetonnya lantaran hanya mengetahui tanggal lahir berdasarkan kalender Masehi.

Dia menyebutnya sebagai hal yang ironis karena orang-orang tersebut setiap tahunnya memperingati hari ulang tahun, tetapi lupa hari apa mereka lahir.

“Cara paling mudah untuk mengetahui weton kita adalah dengan bertanya kepada orangtua kita, atau kakek dan nenek kita. Mereka biasanya sangat ingat (hari) ketimbang tanggal. Cara termudah lainnya adalah dengan mencarinya secara daring,” katanya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com