Untuk menghitung weton menggunakan kalender Jawa, Totok mencontohkan perhitungan yang paling sering ditanyakan oleh masyarakat yakni perhitungan kecocokan perjodohan.
Dalam Bahasa Jawa, perhitungan ini disebut sebagai petung salakirabi atau pasatowan salakirabi. Untuk menghitungnya, kedua calon mempelai harus sudah mengetahui weton mereka.
Jika sudah mengetahui weton, penghitung harus mengetahui nilai dari masing-masing hari dan pasarannya.
“Ini disebut neptu. Jadi, gabungan hari dan pasaran tersebut disebut neptu weton atau neton,” jelas Totok.
Untuk mengetahui lebih lanjut, berikut Kompas.com rangkum neptu hari dan neptu pasaran berdasarkan paparan Totok, Senin (30/8/2021):
Neptu hari
Neptu pasaran
Totok menuturkan, terdapat beberapa pola perhitungan siklus atau pola bagi yakni pola bagi 4, 5, bahkan sampai 9. Namun, pola perhitungan yang sering digunakan adalah pola bagi 4, 5, dan 7.
“Kriteria masing-masing polanya pun berbeda. Urutan penentuan jumlah neptu paling kecil adalah 7, dan paling banyak 18,” ucap Totok.
“Maka, urutannya pun diawali dari angka 14 dan diakhiri dengan angka 36, yakni penjumlahan neptu terkecil sampai neptu terbesar,” imbuhnya, sambil memberi contoh seperti di bawah ini:
Perhitungan weton untuk pernikahan merupakan hal yang paling sering ditanyakan. Alhasil, Totok menggunakannya sebagai contoh untuk menjabarkan soal perhitungan weton.
Dalam contoh tersebut, dikatakan bahwa calon pengantin pria memiliki weton Ahad Pahing. Jika dijumlahkan, neptu weton tersebut adalah 14. Hasil didapat dari penjumlahan 5 untuk Ahad dan 9 untuk Pahing.
Untuk calon pengantin wanita, wetonnya misalnya Rebo Legi dengan neptu 12. Hasil didapat dari 7 untuk Rebo dan 5 untuk Legi.
“Jumlah neptu keduanya 26. Dengan menerapkan pola 4 siklus, maka didapatkan kriteria Gembili atau berpotensi banyak keturunan. Atau 26:4 sisa 2 Gembili,” jelas Totok.
Baca juga: Weton Jawa, Penanda Hari Kelahiran yang Dihitung dengan Kalender Jawa
Jika diterapkan pola 5 siklus, maka didapatkan kriteria Sri yaitu 26:5 sisa 1 Sri yang artinya mendapatkan kemuliaan, kewibawaan, serta rizki yang melimpah.
Untuk pola 7 siklus, maka diperoleh hasil 26:7 sisa 5 Satriya Wirang yang artinya mendapat malu atau dipermalukan.
“Dari ketiga hasil tersebut, tampak lebih kuat segi positifnya yakni di pola bagi 4 dan pola bagi 5. Dengan demikian, calon pasangan tersebut boleh melanjutkan ke jenjang pernikahan,” ucap Totok.