KOMPAS.com - Pura Luhur Tanah Lot adalah salah satu tempat wisata yang wajib dikunjungi saat berwisata ke Bali.
Itu karena keunikan lokasi Pura Luhur Tanah Lot, yakni berada di atas batu karang Pantai Beraban.
Ada kisah sejarah yang menarik dibalik nama Tanah Lot dan letak Pura Luhur Tanah Lot yang berada di tengah laut.
Baca juga: 5 Tempat Wisata di Tabanan Bali Buka Kembali, Salah Satunya Tanah Lot
Pura Luhur Tanah Lot berlokasi di pulau karang yang berlokasi dekat dengan tepi. Letak pulau karang yang menjadi lokasi Pura Luhur Tanah Lot ini melahirkan beberapa kisah asal usul nama Tanah Lot.
Menurut Tiang Kadek Niti, Bagian Promosi Daerah Tempat Wisata Tanah Lot, ada dua latar belakang mengenai asal-usul nama Tanah Lot
Secara mitologis menurut naskah (Rontal) Dewa Tattwa, lokasi Pura Luhur Tanah Lot berasal dari tanah linet yang berarti tanah kental.
Konsep ini sama dengan mitologi dalam naskah Rontal Babad Gajah Mada. Nama Tanah Lot berasal dari tanah lod yang memiliki arti tanah yang telah kental.
Sedangkan menurut Lontar Dwijendra Tattwa, nama Tanah Lot berasal dari kata tanah lod yang berarti tanah di sagara lod atau tanah di sagara kidul (tanah di Lautan Selatan).
"kalau di analis secara topografis, Pura Tanah Lot memang berlokasi di lautan selatan, maka asal-usul Tanah Lot yang dikemukakan dalam Rontal Dwijendra Tattwa yang paling mendekati kenyataan," kata Bagian Promosi Daerah Tempat Wisata (DTW) Tanah Lot, Tiang Kadek Niti pada Kompas.com (9/09/2021).
Baca juga: Wisata Bali Dibuka, Ribuan Orang Mulai Kunjungi Tanah Lot
Tiang Kadek Niti juga menjelaskan sejarah dibalik letak Pura Tanah Lot yang berada di tengah laut.
Sejarah Pura Tanah Lot dimulai pada abad ke-15. Saat itu, datang seorang Bhagawan dari Pulau Jawa bernama Dang Hyang Dwi Jendra ke Bali. Ia bertujuan menjalankan misinya yaitu menyebarkan ajaran Agama Hindu dengan nama Dharma Yatra.
"Selama di Pulau Bali, Dang Hyang Niratha melakukan meditasi dan melakukan pemujaan kepada Dewa Penguasa Laut di batu karang besar berbentuk burung beo yang disebut juga Gili Beo." lanjut Tiang Kadek Niti.
Namun saat Dang Hyang Niratha melakukan misi penyebaran Agama Hindu, Bendesa Beraban yang merupakan seorang pemimpin suci Desa Beraban merasa iri. Bendesa Beraban mengusir Dang Hyang Niratha dari tempat tersebut.
Dengan kekuatan spiritual yang dimiliki nya, Dang Hyang Niratha melindungi diri dari serangan Bendesa Beraban dengan memindahkan batu karang besar tersebut ke tengah lautan.
Baca juga: Pantai Kuta Bali Uji Coba Pembukaan untuk Wisatawan
Selain itu, Dang Hyang Niratha juga menciptakan banyak ular dengan selendangnya di sekitar batu karang sebagai pelindung dan penjaga tempat tersebut. Batu karang itulah yang akhirnya menjadi Pura Tanah Lot.
Ada satu mitos yang sering didengar ketika mengunjungi Tanah Lot. Salah satunya adalah wisatawan yang mengajak pasangannya berkunjung ke Pura Luhur Tanah Lot, percaya tidak percaya suatu waktu hubungan mereka akan putus.
"Menanggapi mitos tersebut, sebenarnya balik ke keyakinan diri masing-masing," ujar Tiang Kadek Niti
Baca juga: Tak Peduli Mitos, Banyak Pasangan yang Cuek Lintasi Jembatan Cinta di Bogor
Yang jelas saat berkunjung, sambung dia, pengunjung harus menjaga etika dan sopan santun karena Tanag Lot merupakan kawasan suci.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.