Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hasanuddin Wahid
Sekjen PKB

Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Anggota Komisi X DPR-RI.

Strategi Travel Bubble untuk Bangkitkan Sektor Pariwisata

Kompas.com - 22/09/2021, 16:38 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Tentu saja ini adalah langkah yang tepat agar kunjungan wisatawan asal Singapura dapat berkunjung ke Lagoi, Batam dan Bintan Kepulauan Riau.

Travel bubble subregional

Skenario lain yang dapat dikembangkan adalah travel bubble subregional. Skenario ini mengasumsikan bahwa perjalanan dalam gelembung subregional akan mencapai tingkat pra-pandemi.

Hipotesisnya adalah bahwa gelembung perjalanan mungkin muncul di sekitar lembaga subregional atau kelompok ekonomi yang ada. Misalnya travel bubble dalam konteks Program Kerjasama Masyarakat Ekonomi Asia Tenggara (MEA).

Baca juga: KTT Ke-37 ASEAN, Travel Bubble Akhirnya Disetujui

Travel bubble di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) perlu dikembangkan karena potensi kunjungan wisawatan antara negara ASEAN cukup besar.

Secara kumulatif, 10 negara anggota memiliki populasi hampir 600 juta dengan tingkat pertumbuhan kelas menengah yang besar. Kondisi ini merupakan potensi yang dapat mendorong peningkatkan sektor pariwisata

Beberapa catatan

Terkait strategi ini, Asosiasi Pengangkutan Udara Internasional (IATA) menyebutkan, persyaratan yang mutlak dipenuhi untuk perjalanan bilateral adalah negara dengan tingkat risiko epidemiologi yang sama, tren infeksi yang stabil atau menurun, respons kesehatan masyarakat yang efektif, dan langkah-langkah mitigasi dasar yang memadai.

Selain memasukkan langkah-langkah pencegahan epidemi, kebijakan travel bubble perlu didukung oleh teknologi digital dan aplikasi telepon seluler untuk mengontrol lokasi dan memantau pergerakan wisawatan.

Selain itu, pemerintah perlu membuat konsensus dengan industri pariwisata dan merancang agar tingkat harga produk pariwisata yang ditawarkan harus sesuai dengan mekanisme pasar. Harga produk wisata harus disesuaikan dengan kondisi ekonomi yang terdampak Covid-19.

Dan yang juga penting, para agen perjalanan perlu merencanakan agenda perjalanan bukan hanya berbasis biaya, tetapi berbasis peta dan data infeksi Covid-19 terbaru.

Dengan begitu, pelaku travel bubble benar-benar aman dari bahaya infeksi Covid-19. Sebab, andaikata pelaku travel bubble terinfeksi Covid-19, maka citra pariwista akan menjadi kembali jatuh terpuruk. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com