Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yuk Naik Kereta Lokomotif Uap di Museum Kereta Api Ambarawa

Kompas.com - 29/09/2021, 12:17 WIB
Nabilla Ramadhian,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

Sejarah singkat rel bergerigi di rute KA Ambarawa

Ilud bercerita, pada 1862, Gubernur Jenderal Hindia Belanda Baron Sloet van den Beele mengabulkan permohonan perusahaan KA Nederlandsch Indische Spoorwegmaatschappij (NIS) untuk membangun jalur kereta api.

Adapun, rute tersebut adalah Semarang-Kedung Jati-Solo-Yogyakarta, dan jalur cabangnya yakni Kedung Jati-Ambarawa-Secang-Magelang. Pembangunan jalur KA dilakukan untuk kepentingan militer.

“Jalur KA rute Semarang-Kedung Jati-Solo-Yogyakarta selesai dibangun dan beroperasi pada 10 Juni 1872. Rute cabang selesai pada 1873. Seluruh jalur KA menggunakan lebar 1435 milimeter (mm),” jelasnya.

Baca juga:

Namun untuk rute Ambarawa-Secang-Magelang, jalur yang digunakan menggunakan lebar 1.067 mm karena kontur tanah yang dilintasi.

Pembangunan harus melewati daerah perbukitan sehingga lebar jalur harus diperkecil guna menekan biaya pembangunan, dan tidak terlalu mahal.

Lebar rel 1.067 mm dinyatakan dan ditetapkan oleh pemerintah Hindia Belanda sebagai rel yang sesuai untuk topografi Indonesia yang berbukit.

“NIS melanjutkan pembangunan jalur KA dari Ambarawa ke Secang, termasuk rel bergerigi rute Jambu-Bedono-Gemawang sepanjang hampir 6,5 kilometer (km), dan resmi beroperasi pada 1 Februari 1905,” terang Ilud.

Kereta lokomotif yang masih bisa ditumpangi di Museum Kereta Api Ambarawa atau Museum KA Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.dok. PT Kereta Api Pariwisata Kereta lokomotif yang masih bisa ditumpangi di Museum Kereta Api Ambarawa atau Museum KA Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Dirinya melanjutkan, rute Jambu-Gemawang harus melintasi bukit terjal dengan kemiringan 45 derajat. Hal ini membuat kereta harus mendaki.

Alhasil, untuk menekan biaya, rel bergerigi pun dibangun pada 1902. NIS juga membeli lokomotif uap khusus yang memiliki roda gigi seri B25.

“Fungsi rel bergerigi ini adalah untuk menahan agar lokomotif uap B25 tidak mengalami kesulitan menanjaki jalur itu. Rel bergerigi diletakkan di tengah-tengah rel,” ujar Ilud.

Baca juga:

Sementara itu, roda gigi pada B25 berfungsi untuk mengait rel bergerigi yang dilintasi agar KA bisa menanjak.

Menurut Ilud, sebuah lokomotif uap hanya bisa mendaki dengan kecuraman 5 persen—atau kenaikan 5 meter setiap jarak horizontal 100 meter—tanpa gigi.

“Itu pun akan menanjak dengan penuh kesulitan. Penggunaan roda gigi memungkinkan kecuraman 65 persen dapat dilalui, meski dengan kecepatan rendah 10 km/jam. Saat turun, roda gigi berfungsi untuk menahan kecepatan KA,” katanya.

Museum KA Ambarawa berlokasi di Jalan Stasiun Nomor 1, Kelurahan Panjang, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Harga tiket Museum Ambarawa adalah Rp 10.000 per orang untuk pengunjung berusia di atas 12 tahun. Jam operasionalnya adalah setiap hari pukul 08.00-16.00 WIB.

Informasi lebih lanjut seputar kunjungan ke Museum Ambarawa, atau kegiatan wisata naik kereta uap, bisa diakses melalui akun Instagram @kawisata atau menghubungi nomor yang tersedia pada akun tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com