Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yuk Naik Kereta Lokomotif Uap di Museum Kereta Api Ambarawa

Kompas.com - 29/09/2021, 12:17 WIB
Nabilla Ramadhian,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com – Dahulu, kereta lokomotif uap merupakan salah satu pilihan transportasi yang kerap digunakan orang-orang pada zaman Hindia Belanda.

Meski belakangan ini kereta tipe kuno itu sudah jarang terlihat dan digunakan untuk mengangkut penumpang, masyarakat yang penasaran bisa berkunjung ke Museum Kereta Api (KA) Ambarawa di Jawa Tengah

Humas PT Kereta Api Pariwisata atau KAI Wisata Ilud Siregar mengatakan, Museum KA Ambarawa memiliki kereta lokomotif uap yang bisa ditumpangi oleh wisatawan.

“Perjalanan KA Wisata Ambarawa dengan lokomotif uap maupun diesel vintage saat ini melayani rute Ambarawa-Tuntang pergi pulang (PP), dan Ambarawa-Bedono PP,” jelasnya, Selasa (29/9/2021).

Baca juga:

Adapun, kereta tersebut akan melintasi satu-satunya rel bergigi yang masih aktif di Indonesia sejak pertama kali dibangun pada 1900-an.

Melansir Kompas.com, Senin (19/12/2016), wisatawan akan disuguhi oleh pemandangan alam yang indah saat menaiki kereta lokomotif uap tersebut.

Hal itu karena rute Ambarawa-Tuntang menawarkan pemandangan gunung saat kereta melintasi Rawa Pening. Sementara rute Ambarawa-Bedono menawarkan pemandangan Gunung Ungaran dan Gunung Merbabu.

“Ketentuan dan prosedur sewa atau reservasi KA Wisata Ambarawa dapat menghubungi dan membuat surat permohonan, dan dikirim ke email ambarawa@kawisata.id, atau WhatsApp ke nomor +62812-2934-6070,” jelas Ilud.

Baca juga:

Reservasi dapat dilakukan setiap hari pada jam kerja. Dia menganjurkan reservasi dilakukan minimal tiga minggu sebelum keberangkatan.

Melansir situs resmi PT KAI, tipe kereta yang bisa disewa untuk perjalanan rombongan adalah lokomotif diesel  dan lokomotif uap untuk rute Ambarawa-Tuntang, dan lokomotif uap untuk rute Ambarawa-Bedono.

Sementara untuk perjalanan perorangan, tipe kereta yang dapat ditumpangi adalah lokomotif diesel vintage rute Ambarawa-Tuntang.

Menurut informasi dalam akun Instagram @kawisata, harga tiket terbaru untuk naik kereta uap relasi tersebut per November 2020 adalah Rp 60.000 per orang.

Kereta lokomotif yang masih bisa ditumpangi di Museum Kereta Api Ambarawa atau Museum KA Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.dok. PT Kereta Api Pariwisata Kereta lokomotif yang masih bisa ditumpangi di Museum Kereta Api Ambarawa atau Museum KA Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Sejarah singkat rel bergerigi di rute KA Ambarawa

Ilud bercerita, pada 1862, Gubernur Jenderal Hindia Belanda Baron Sloet van den Beele mengabulkan permohonan perusahaan KA Nederlandsch Indische Spoorwegmaatschappij (NIS) untuk membangun jalur kereta api.

Adapun, rute tersebut adalah Semarang-Kedung Jati-Solo-Yogyakarta, dan jalur cabangnya yakni Kedung Jati-Ambarawa-Secang-Magelang. Pembangunan jalur KA dilakukan untuk kepentingan militer.

“Jalur KA rute Semarang-Kedung Jati-Solo-Yogyakarta selesai dibangun dan beroperasi pada 10 Juni 1872. Rute cabang selesai pada 1873. Seluruh jalur KA menggunakan lebar 1435 milimeter (mm),” jelasnya.

Baca juga:

Namun untuk rute Ambarawa-Secang-Magelang, jalur yang digunakan menggunakan lebar 1.067 mm karena kontur tanah yang dilintasi.

Pembangunan harus melewati daerah perbukitan sehingga lebar jalur harus diperkecil guna menekan biaya pembangunan, dan tidak terlalu mahal.

Lebar rel 1.067 mm dinyatakan dan ditetapkan oleh pemerintah Hindia Belanda sebagai rel yang sesuai untuk topografi Indonesia yang berbukit.

“NIS melanjutkan pembangunan jalur KA dari Ambarawa ke Secang, termasuk rel bergerigi rute Jambu-Bedono-Gemawang sepanjang hampir 6,5 kilometer (km), dan resmi beroperasi pada 1 Februari 1905,” terang Ilud.

Kereta lokomotif yang masih bisa ditumpangi di Museum Kereta Api Ambarawa atau Museum KA Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.dok. PT Kereta Api Pariwisata Kereta lokomotif yang masih bisa ditumpangi di Museum Kereta Api Ambarawa atau Museum KA Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Dirinya melanjutkan, rute Jambu-Gemawang harus melintasi bukit terjal dengan kemiringan 45 derajat. Hal ini membuat kereta harus mendaki.

Alhasil, untuk menekan biaya, rel bergerigi pun dibangun pada 1902. NIS juga membeli lokomotif uap khusus yang memiliki roda gigi seri B25.

“Fungsi rel bergerigi ini adalah untuk menahan agar lokomotif uap B25 tidak mengalami kesulitan menanjaki jalur itu. Rel bergerigi diletakkan di tengah-tengah rel,” ujar Ilud.

Baca juga:

Sementara itu, roda gigi pada B25 berfungsi untuk mengait rel bergerigi yang dilintasi agar KA bisa menanjak.

Menurut Ilud, sebuah lokomotif uap hanya bisa mendaki dengan kecuraman 5 persen—atau kenaikan 5 meter setiap jarak horizontal 100 meter—tanpa gigi.

“Itu pun akan menanjak dengan penuh kesulitan. Penggunaan roda gigi memungkinkan kecuraman 65 persen dapat dilalui, meski dengan kecepatan rendah 10 km/jam. Saat turun, roda gigi berfungsi untuk menahan kecepatan KA,” katanya.

Museum KA Ambarawa berlokasi di Jalan Stasiun Nomor 1, Kelurahan Panjang, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Harga tiket Museum Ambarawa adalah Rp 10.000 per orang untuk pengunjung berusia di atas 12 tahun. Jam operasionalnya adalah setiap hari pukul 08.00-16.00 WIB.

Informasi lebih lanjut seputar kunjungan ke Museum Ambarawa, atau kegiatan wisata naik kereta uap, bisa diakses melalui akun Instagram @kawisata atau menghubungi nomor yang tersedia pada akun tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Travel Tips
Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Travel Update
Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Travel Update
4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

Travel Tips
Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Jalan Jalan
4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

Travel Tips
Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Travel Update
Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Jalan Jalan
Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Jalan Jalan
 7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

Jalan Jalan
5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

Travel Tips
Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Travel Update
Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com