Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bima Arya Minta Glow Kebun Raya Bogor Dikaji Pakar, Ini Tanggapan Pengelola

Kompas.com - 29/09/2021, 17:05 WIB
Ni Nyoman Wira Widyanti

Penulis

Permintaan pengkajian sudah masuk dalam rencana 

Bayu menyampaikan, permintaan Bima untuk pengkajian lebih dalam bukan hal baru karena telah masuk dalam rencana mereka.

Ia menyanggah anggapan bahwa riset baru dilakukan setelah ada permintaan dari Bima. 

"Riset itu memang sudah berjalan dan bukan hal yang baru, memang sudah berjalan oleh BRIN. Jadi intinya menunggu itu selesai dan dalam waktu dekat ini informasi dari BRIN akan selesai. Jadi bukan seolah-olah baru dilakukan riset - tidak. Riset itu sudah berjalan," katanya.

Baca juga:

Ia menjelaskan bahwa GLOW tidak akan langsung dibuka karena masih ada tahapan finalisasi dari BRIN. 

"Kemarin informasinya kurang dari seminggu ini akan selesai dari BRIN, lalu akan segera kita publikasikan dari sana. Lalu kita cek semua persiapannya, lalu saya rasa sudah tidak ada alasan lagi untuk kita menahan bagian dari inovasi konservasi ini untuk kita buka ke publik," ujarnya.

Ia juga menyampaikan bahwa penelitian tersebut masih akan berlangsung, bahkan setelah GLOW Kebun Raya dibuka nantinya. 

Upaya menjangkau generasi muda

Glow Kebun Raya menawarkan pengalaman melihat keindahan Kebun Raya di malam hari.Dok. Glow Kebun Raya Glow Kebun Raya menawarkan pengalaman melihat keindahan Kebun Raya di malam hari.

Dilansir dari Kompas.com, Rabu (22/1/2020), PT Mitra Natura Raya telah bekerja sama dengan LIPI untuk mengelola empat kebun raya, yaitu Kebun Raya Bogor, Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya Purwodadi, dan Kebun Raya Eka Karya Bali (Bedugul).

Bayu menerangkan, mulai 1 Januari 2020, pihaknya mendapat amanah untuk memodernisasi pola komunikasi tentang konservasi dan edukasi kepada generasi muda di era digitalisasi. 

Di tahun 2020, pihaknya melakukan survei kepada pengunjung yang datang ke Kebun Raya. Hasilnya, 90 persen responden hanya berkunjung berdasarkan wisata saja, artinya mereka datang untuk olahraga dan berfoto. 

"Tapi ketika mereka keluar dari Kebun Raya ini, mereka tidak mendapatkan sebuah pembelajaran berarti dari pentingnya tanaman atau informasi tentang tanaman tersebut," katanya.

Baca juga:

Oleh karena itu, pihaknya melakukan sejumlah inovasi untuk menarik masyarakat agar mencari tahu koleksi tanaman yang ada di Kebun Raya. 

Beberapa upayanya adalah mengimplementasikan QR Code yang bisa dipindai pengunjung untuk menemukan informasi tentang sebuah tanaman, dan mengadakan virtual program untuk pelajar selama masa pembelajaran di rumah. 

Sedangkan untuk wisata malam seperti GLOW Kebun Raya, menurutnya Indonesia cukup ketinggalan dibanding negara-negara lain, di antaranya Amerika, Australia, Singapura, dan Jepang. 

"Jadi sebenarnya memang pertama di Indonesia, tapi untuk di dunia kita sudah sangat sangat ketinggalan. Jadi mungkin banyak orang-orang yang belum paham masalah ini," katanya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com