Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menelusuri Peristiwa G30S di Monumen Pancasila Sakti Lubang Buaya

Kompas.com - Diperbarui 30/09/2022, 07:03 WIB
Kistin Septiyani,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

Sumber Kemdikbud

KOMPAS.com -  Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya merupakan saksi tragedi penculikan dan pembunuhan beberapa jenderal TNI AD yang bermula dari 30 September 1965. Tragedi terebut dikenal dengan nama G30S.

Monumen ini dibangun sebagai penghormatan bagi korban yang gugur dalam peristiwa tragis tersebut.

Baca juga: 6 Tempat yang Menjadi Saksi Bisu Peristiwa G30S

Kini, kiya bisa mengunjunginya dan melihat benda-benda bersejarah yang berkaitan dengan peristiwa G30S.

Dilansir dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, monumen tersebut dibangun di sekitar lokasi pembuangan jasad para korban.

Monumen Pancasila Sakti terletak di Jalan Pondok Gede, Lubang Buaya, Cipayung, jakarta Timur. Lokasinya tak jauh dari Terminal Pinang Ranti, yaitu sekitar 17 menit perjalanan menggunakan mobil.

Baca juga: Museum AH Nasution, Saksi Bisu Kisah Tragis G30S

Berikut ini adalah jejak peristiwa G30S yang bisa ditemukan di Monumen Pancasila Sakti.

Jejak peristiwa G30S di Monumen Pancasila Sakti

Sumur Maut

Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur DOK. Shutterstock Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur DOK. Shutterstock

Sebelum dibangun menjadi monumen, kawasan tersebut merupakan perkebunan dan tanah kosong.

Pengunjung monumen dapat melihat sebuah sumur tua yang dulunya menjadi tempat jasad para Pahlawan Revolusi dibuang.

Sumur tua yang juga dikenal sebagai Sumur Maut ini memiliki kedalaman 12 meter dan berdiameter 75 sentimeter.

Baca juga: Profil 10 Pahlawan Revolusi yang Gugur pada Peristiwa G30S

Adapun korban penculikan dan pembunuhan dalam tragedi tersebut antara lain, Letjen A. Yani, Mayjen TNI Suprapto, Majen TNI S. Parman, Mayjen TNI M.T. Hartono, Brigjen TNI Sutoyo, Brigjen TNI D.I. Panjaitan, dan Lettu Piere Tendean.

Keberadaan sumur berhasil ditemukan pada 3 Oktober 1965 berkat Sukitman, saksi mata yang berhasil melarikan diri.

Jenazah ketujuh korban kemudian dievakuasi pada 4 Oktober 1965 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Ketujuh korban tersebut juga diberi gelar Pahlawan Revolusi.

Halaman:
Sumber Kemdikbud


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com