Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Fakta Menarik Panda, Hewan Herbivora Bertaring Tajam

Kompas.com - 09/10/2021, 08:12 WIB
Kistin Septiyani,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Panda merupakan salah satu hewan khas China yang dilindungi. 

Selain terkenal sebagai ikon dari Negeri Tirai Bambu, hewan pemakan bambu ini juga memiliki keunikan yang menarik perhatian peneliti serta ilmuwan.

Para peneliti mengkaji mulai dari struktur tulang, rahang, gigi, hingga warna bulu panda. Penelitian-penelitian tersebut bertujuan untuk mengungkap fakta-fakta menarik panda dari sudut pandang ilmu pengetahuan.

Baca juga: Fakta Menarik Dua Warna Bulu Panda, Alat Kamuflase dan Komunikasi

Berikut ini adalah beberapa fakta menarik mengenai panda yang telah dirangkum Kompas.com dari beberapa sumber:

Fungsi dua warna pada bulu panda

Ilustrasi Panda DOK. Shutterstock Ilustrasi Panda DOK. Shutterstock

Hewan mamalia pemakan bambu ini memiliki bulu berwarna hitam dan putih.

Corak dan letak warna pada bulu panda memiliki fungsi kamuflase dan komunikasi. Kedua warna ini diyakini peneliti muncul sebagai bentuk adaptasi dan evolusi panda untuk bertahan hidup di lingkungan yang ekstrim.

Dilansir dari Science Daily, warna putih pada sebagian besar tubuh panda berfungsi sebagai alat kamuflase. Panda memiliki warna putih di bagan wajah, leher, berut dan bokongnya.

Warna tersebut digunakan untuk bersembunyi dari predator atau binatang kompetitor di wilayah pegunungan bersalju.

Sedangkan warna hitam yang terdapat pada bagian telinga dan wajah digunakan sebagai alat komunikasi dengan sesama panda.

Warna hitam tersebut juga melambangkan keganasan yang digunakan panda untuk memperingatkan predator.

Baca juga: Perayaan 3 Tahun Panda di Taman Safari Bogor, Ada Edukasi Soal Panda

Herbivora bertaring

Ilustrasi Panda DOK. Shutterstock Ilustrasi Panda DOK. Shutterstock

Menurut Science Daily, panda merupakan binatang herbivora yang hanya mengonsumsi bambu.

Namun, berbeda dengan mayoritas hewan herbivora yang hanya memiliki gigi seri dan geraham, panda memiliki taring yang cukup tajam dan panjang.

Uniknya, keberadaan taring tersebut tak menghalangi gerakan menyamping rahang bawah yang biasanya dilakukan panda saat mengunyah.

Hal tersebut mungkin terjadi karena panda telah mengalami evolusi pada bagian sendi rahang dan gigi premolar.

Baca juga: Kekurangan Bambu, Dua Panda di Kanada Tak Bisa Pulang ke China Akibat Covid-19

Adaptasi gigi premolar yang terjadi pada panda disebabkan oleh kebiasaan mereka mengupas bagian bambu yang berwarna hijau sebelum memakannya.

Kulit bambu tersebut diketahui memiliki kadar racun dan zat pengikis yang berbahaya. Oleh sebab itu, sebelum memakan bambu panda akan membuang bagian tersebut.

Terlahir dengan ukuran yang sangat kecil

Ilustrasi Panda DOK. Shutterstock Ilustrasi Panda DOK. Shutterstock

Bayi panda terlahir dengan ukuran 900 kali lebih kecil dari induknya. Tak hanya itu, bayi panda juga terlahir buta dan memiliki kulit berwarna merah jambu, dikutip dari Science Daily. 

Ada beberapa teori yang dikemukakan ahli terkait fenomena tersebut. Salah satunya adalah masa kehamilan beruang yang rata-rata terjadi berbarengan dengan masa hibernasi.

Panda diketahui salah satu jenis beruang yang tidak melakukan hibernasi. Namun fenomena bayi panda yang super kecil diduga lantaran evolusi genetik beruang yang ada dalam tubuh panda.

Selain teori tersebut, dua orang peneliti asal University of Turku bernama Smith dan Li juga mengungkapkan kemungkinan lain yang menjelaskan fenomena kecilnya bayi panda.

Menurut keduanya, ukuran bayi panda yang baru lahir sangat kecil lantaran pembuahan pada se telur panda betina mengalami penundaan. Pembuahan tersebut terjadi selama satu bulan sebelum sel telur menempel pada dinding rahim seekor panda betina.

Sayangnya, teori-teori tersebut belum dapat menjelaskan secara pasti fenomena bayi panda ini.

Baca juga: Kabar Baik di Tengah Wabah Corona: 2 Panda Hong Kong Berhasil Dikawinkan

Panda di Indonesia

Seekor Panda berada di areal kandang Taman Safari Indonesia, Cisarua, Bogor, Jawa Barat, Jumat (5/2/2021). Takin bergabung sebagai keluarga besar TSI dari tahun 2017 bersamaan dengan sepasang Giant Panda yang berasal dari Tiongkok. Pengunjung dapat melihat satwa Takin di Istana Panda Indonesia yang berada pada ketinggian 1.417 mdpl di area TSI.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Seekor Panda berada di areal kandang Taman Safari Indonesia, Cisarua, Bogor, Jawa Barat, Jumat (5/2/2021). Takin bergabung sebagai keluarga besar TSI dari tahun 2017 bersamaan dengan sepasang Giant Panda yang berasal dari Tiongkok. Pengunjung dapat melihat satwa Takin di Istana Panda Indonesia yang berada pada ketinggian 1.417 mdpl di area TSI.
Meski berasal dari China, kini panda juga bisa dijumpai di beberapa negara termasuk Indonesia. Wisatawan dapat melihat secara langsung kehidupan panda di beberapa kebun binatang.

Salah satu tempat wisata yang menyediakan atraksi panda adalah Istana Panda Indonesia di Taman Safari Bogor.

Wisatawan dapat melihat secara langsung dan berinteraksi dengan binatang ini. Mereka juga bisa memberi makan dan membelai panda merah yang menjadi koleksi dari kebun binatang tersebut.

Baca juga: Oleh-oleh dan Hidangan Bermotif Panda di Ueno, Tokyo!

Istana Panda Indonesia juga menyediakan sebuah restoran yang menyajikan cupcake dengan hiasan berbentuk panda. 

Istana Panda Indonesia terletak di Taman Safari Bogor, cibeureu, Bogor, Jawa Barat. Selain melihat kehidupan panda secara langsung, pengunjung juga dapat melihat keberadaan hewan langka khas China lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com