Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
PAREKRAF

7 Desa Wisata Ini Mengusung Konsep Sustainable Tourism

Kompas.com - 25/10/2021, 16:35 WIB
Hisnudita Hagiworo,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

Selain Umbul Ponggok, empat sumber mata air lainnya juga menarik dikunjungi, yaitu Umbul Besuki, Umbul Sigedang, Umbul Kapilaler, dan Umbul Cokro.

Dengan memanfaatkan potensi alam yang dimilikinya, Desa Ponggok menjadi salah satu desa terkaya di Indonesia. Penghasilan desa tersebut mencapai Rp 14 miliar per tahun.

Desa Kete Kesu, Toraja

Kete Kesu merupakan desa adat yang mengusung konsep sustainable tourism dalam kategori pelestarian budaya bagi masyarakat dan pengunjung. Di desa ini memiliki wisata ikonik, yaitu upacara adat rambu solo dan kuburan di tebing batu yang ditaksir berusia 500 tahun.

Selain itu, wisatawan juga bisa melihat rumah adat tongkonan yang berjajar rapi di Desa Kete Kesu. Konon, rumah-rumah adat tersebut berusia lebih dari 300 tahun. Tak hanya itu, desa ini juga terkenal sebagai penghasil kerajinan pahat dan lukis.

Desa Penglipuran, Bali

Desa Penglipuran yang terletak di Bangli, Bali tersebut dinobatkan sebagai desa terbersih di dunia dan masuk dalam 100 besar destinasi berkelanjutan versi GGDD.

Baca juga: Ini 8 Sektor Parekraf yang Sudah Kantongi Sertifikasi CHSE

Kesadaran menjaga kelestarian lingkungan di desa ini lahir dari aturan adat desa. Salah satu aturan yang menarik adalah larangan menggunakan kendaraan bermotor pada area desa.

Tujuannya adalah menjaga kebersihan udara di Desa Penglipuran sebagai bentuk pelestarian lingkungan.

Selain itu, aturan adat juga mengatur soal tata ruang Desa Penglipuran, yaitu konsep Tri Mandala. Tata ruang adat ini membuat Desa Penglipuran tampak lebih rapi dan tertata.

Kampung Blekok, Situbondo

Kampung Blekok makin ramai diperbincangkan setelah terpilih sebagai finalis Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021. Nama blekok sendiri diambil dari jenis burung blekok yang dilestarikan di desa ini.

Masyarakat setempat membuat penangkaran burung yang hampir punah tersebut di kawasan desa. Wisatawan yang berkunjung ke desa ini dapat ikut serta dalam kegiatan penangkaran, memberi makan burung, hingga merawat burung yang sedang sakit.

Selain burung blekok, wisatawan juga dapat mengunjungi konservasi mangrove atau bakau di kawasan tersebut.

Desa Umbulharjo, Yogyakarta

Desa Umbulharho beruntung karena memiliki generasi muda yang peduli dan kreatif. Mereka menyulap saluran irigasi desa yang kumuh menjadi tempat budidaya ikan nila.

Baca juga: Pentingnya Perencanaan Tenaga Kerja Sektor Parekraf untuk Bangun Destinasi Wisata

Selain bermanfaat untuk ketahanan pangan, budidaya ikan nila di saluran irigasi juga menjadi salah satu daya tarik wisata di Desa Umbulharjo hingga viral di media sosial.

Itu tadi ketujuh desa wisata yang sukses berkembang dengan mengusung konsep sustainable tourism. Harapannya, desa wisata tersebut bisa menjadi inspirasi bagi banyak desa wisata lain di Indonesia untuk terus berinovasi dalam mengembangkan pariwisata berkelanjutan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com