Namun, akibat kurangnya pengetahuan warga, sebagian besar tanaman kopi dibabat. Sedangkan tanaman yang masih hidup dijadikan makanan ternak.
Baru sekitar tahun 2018, warga kembali menanam kopi. Kawasan tersebut juga direncanakan sebagai tempat wisata karena merupakan satu-satunya wilayah di Gunungkidul yang sudah ada tanaman kopinya.
"Selain keindahan alam, kami menyediakan minuman kopi yang dikenal dengan robusta liar. Sebab, awalnya tidak ada yang merawat," kata Jayus.
"Tanggal 10 November (2021) besok akan ditaman sekitar 2000-an batang," imbuhnya.
Lurah Kampung, Suparna, menyampaikan bahwa zaman dahulu Belanda sempat membuat pabrik di sebelah utara balai kalurahan.
Terdapat pula bangunan bendungan sebagai sarana penopang kebutuhan air pabrik yang hingga saat ini masih ada.
Dirinya yakin, aktivitas pabrik milik Belanda masih ada kaitanya dengan keberadaan tanaman kopi di Gunung Gambar.
“Tapi kemudian masyarakat tidak tahu bagaimana mengolah dan menjual. Dahulu sempat dibabat atau ditebangi secara masif," kata dia.
Pada 21 Oktober 2021 lalu, panen perdana kopi olahan masyarakat lokal yang diberi nama Kopi Gunung Gambar diresmikan oleh Bupati Gunungkidul, Sunaryanta.
Kepala Seksi Promosi Dinas Pariwisata Gunungkidul, Purnomo Sumardamto, menyambut baik upaya Pokdarwis (kelompok sadar wisata) dalam mengenalkan tempat wisata yang dimiliki.
Baca juga:
Ia menambahkan, produk Kopi Gunung Gambar merupakan salah satu inovasi ekonomi kreatif masyarakat dan Pokdarwis dalam rangka rangka memanfaatkan potensi lokal.
“Seperti halnya cokelat di Nglanggeran, akan dilakukan pula pendampingan dari OPD (Organisasi Perangkat Daerah) yang membidangi pertanian dan perkebunan supaya produksi kopi di kawasan Gunung Gambar bisa berkelanjutan," kata dia.
Sementara ini, ujarnya, budidaya masih sebatas berada di pekarangan warga, sehingga untuk kelanjutannya masih memiliki kendala.
“Tetapi paling tidak launching ini akan menjadi embrio pengembangan pariwisata ke depan. Kami dorong terus agar Pokdarwis membuat diferensiasi yang unik dan kreatif,” kata Damto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.