Satu buah kerajinan daun lontar berukuran 30x20 sentimeter (cm) dijual dengan harga mulai dari Rp 250.000.
Adapun harga kerajinan ukuran 60×40 cm bisa mencapai Rp 8.000.000, tergantung desain, kualitas, kerumitan gambar, dan waktu pengerjaan.
Baca juga: Panduan Wisata ke Desa Wisata Ngilngof di Kei Kecil, Maluku Tenggara
Konon, ukuran daun lontar merupakan pengejawantahan tradisi lisan dan budaya yang dipuja lantaran nilai sejarah, filsafat, dan sastranya yang tinggi.
Huruf demi huruf yang terukir pada daun lontar dipercaya merupakan sumber ilmu pengetahuan.
Sekarang, tradisi mengukir lontar menjadi simbol atau ciri khas dari Desa Tenganan, meskipun hanya berfungsi sebagai suvenir saja.
Tidak hanya ukir daun lontar saja, kerajinan lain yang bisa ditemukan di Desa Wisata Tenganan adalah kain tenun gringsing.
Kerajinan yang satu ini juga memiliki nilai sakral. Kata “gringsing” terdiri dari kata “gring” yang artinya sakit, dan “sing” yang artinya tidak.
Konon, kain tenun gringsing berawal dari Dewa Indra yang mengajarkan wanita untuk menenun.
Baca juga: Mengenal Sayur Sambal Godog Khas Betawi yang Jadi Warisan Budaya Takbenda Indonesia Tahun 2021
Dewa mengagumi keindahan malam seperti keindahan bulan, bintang, dan suasana langit malam. Keindahan ini dipaparkan dalam hasil kain tenun gringsing berwarna gelap.
Kain tenun gringsing digunakan dalam setiap ritual keagamaan yang memiliki kekuatan magis untuk menolak bala dan menangkal pengaruh negatif.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.