KOMPAS.com – Kepala Dinas Pariwisata Kalimantan Timur (Kaltim) Sri Wahyuni mengungkapkan, industri pariwisata Kaltim sempat terguncang selama pandemi sama seperti destinasi wisata lainnya di Indonesia.
“Saat industri pariwisata dibuka lalu ditutup, kemudian pelaku industri pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf) terdampak, semuanya kaget. Tapi kita mulai rapatkan barisan, lalu mendekati secara psikologi,” ujarnya.
Baca juga: 4 Tempat di Kaltim yang Jadi Idaman Wisman Lihat Orangutan
Hal ini disampaikan oleh Sri dalam webinar bertajuk “Human Capacity Development as the Key for Inclusive Tourism” pada Kamis (18/11/2021).
Dalam pendekatan tersebut, Sri mengaku, pihaknya mencoba menguatkan para pelaku industri parekraf agar tetap bertahan di tengah pandemi Covid-19.
Beberapa langkah mulai dilakukan pada tiga bulan pertama saat pandemi mulai melanda. Berikut Kompas.com rangkum:
Baca juga: Itinerary 3 Hari 2 Malam di Derawan, Snorkeling Bareng Whale Shark dan Ubur-ubur
Berdasarkan paparan Sri, industri pariwisata Kaltim tutup pada periode April-Juni 2020. Namun, beberapa hotel masih beroperasi dengan staf terbatas.
Rumah makan juga masih buka dengan jam operasional terbatas. Pada saat itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltim menyalurkan bantuan sosial (bansos) untuk pelaku industri parekraf.
“Saat reaktivasi pariwisata domestik, kita mulai dorong bagaimana agar ruang publik bisa dibuka,” kata Sri.
Baca juga: Menikmati Sunset dan Pasir Putih di Lamin Guntur Teluk Sumbang, Berau
Pada Juni-Juli, ruang publik di Kaltim mulai dibuka secara terbatas. Industri pariwisata mulai beroperasi kembali.
Sementara pada Agustus, tempat-tempat wisata mulai dibuka kembali walau kuota kunjungan dan jam operasional dibatasi. Kegiatan staycation juga mulai berjalan.
Baca juga: Dari Maratua Mengejar Matahari Terbenam
Lalu pada September-Desember, kegiatan MICE sudah mulai dilakukan secara terbatas di hotel dan tempat wisata.
Memasuki 2021, tepatnya pada Januari-Mei, seluruh tempat wisata masih dibuka kecuali yang dikelola oleh Pemerintah Daerah (Pemda) di beberapa kabupaten/kota.
Meski demikian, seluruh tempat wisata sempat ditutup kembali pada Juni-Oktober saat PPKM diberlakukan. Namun sejak September hingga kini, semuanya sudah dibuka kembali.
Selama pandemi Covid-19, Sri mengatakan bahwa pihaknya bekerja sama dengan pihak terkait untuk melakukan survei. Hasil survei tersebut dijadikan bahan untuk pelatihan kepada pelaku parekraf.
Adapun, pelaku parekraf mencakup mereka yang bekerja di hotel, bidang kuliner, biro perjalanan, tempat wisata, sebagai pemandu wisata, anggota kelompok sadar wisata (Pokdarwis), dan pengrajin ekraf.
Baca juga: Berau Tak Hanya Derawan, Ada Teluk Alulu yang Juga Eksotis
“Kami juga mendapat dukungan untuk pemulihan industri pariwisata dari Pemprov Kaltim berupa pelatihan tur virtual ke pemandu wisata,” ucap Sri.
“Meski pariwisata belum bisa dibuka untuk wisatawan (pada saat itu), tapi perlu ada penguatan. Peningkatan bagaimana kita melakukan pelayanan pariwisata saat pandemi,” imbuh dia.
Baca juga: 5 Destinasi Wisata Ibu Kota Baru di Kutai Kartanegara Kaltim
Langkah selanjutnya adalah pemasaran pariwisata Kaltim yang tetap berlanjut meski secara virtual. Bahkan, lanjut Sri, pihaknya memberanikan diri untuk membuka Puspita Kaltim secara langsung.
Puspita Kaltim adalah Pusat Informasi Pariwisata Kaltim yang saat ini terletak di dua titik. Titik pertama adalah Bandara APT Pranoto Samarinda. Kemudian di kawasan Legian, Bali.
Baca juga: Tenggelam Bersama Ribuan Ubur-ubur di Danau Kakaban...
“Pemasaran di tengah pandemi, kita banyak lakukan kegiatan virtual untuk mendekatkan pariwisata Kaltim dengan wisatawan,” jelas Sri.
“Kita bicara wisata domestik, tapi kita belum banyak memberi informasi. Kalau berkunjung ke Kaltim, mana saja yang bisa dikunjungi,” sambungnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.