Ferdinandus mengatakan, hal inilah yang membuat desa wisata menarik di mata wisatawan di era modern ini.
“Biasanya semakin ke kampung akan semakin original, semakin primitif, dan semakin dicari. Makanya (Paket wisata) semakin mahal. Dalam paket wisata, sering ke kampung adat dan lihat-lihat relief lama,” jelas Ferdinandus.
“Justru, hal-hal yang kita sebut sebagai ‘primitif’ menjadi hal yang kita cari. Ada apa dalam konsep pariwisata yang lokal ini, cara pikir orang-orang lokal ini, yang menjadi hal yang kita cari di konsep kita yang modern ini?” imbuh dia.
Namun, arus perkembangan teknologi dalam era globalisasi merupakan tantangan tersendiri. Terlebih bagi pemuda desa.
Di desanya, Ferdinandus mengatakan bahwa pada saat itu anak-anak muda yang sudah sarjana lebih suka untuk kerja di kantoran. Bahkan, ada yang sampai keluar dari desa.
Baca juga:
“Sudah tidak tertarik lagi di dunia pertanian anak-anak muda, padahal orangtuanya petani. Setelah kuliah di jurusan pertanian, mereka tidak mau pulang kampung,” ujarnya.
Namun sejak menjadi Kepala Desa, Ferdinandus memiliki visi dan misi untuk menjadikan Desa Detusoko Barat sebagai daerah tujuan ekowisata.
Dalam menjadikan desa sebagai daerah tujuan ekowisata, dia juga ingin masyarakat desa tetap menjaga karakter lokalnya namun mampu berdaya saing dengan desa wisata lain.
Di samping itu, Desa Detusoko Barat juga akan dijadikan sebagai desa wisata berbasis pertanian terpadu yang mengedepankan teknologi dan informasi.
Terkait menggerakkan anak-anak muda untuk tetap berada di desa dan aktif dalam mengembangkan desa, Ferdinandus mengatakan bahwa saat dia mulai menjabat sebagai Kepala Desa, aparat desa dibentuk dari para kawula muda.
“Aparat desa ada anak muda. Ada lulusan pertanian, biologi, filsafat, bahkan kepala dusun itu semuanya lulusan SMA. Ini dalam hubungan untuk mendukung agar generasi muda bergerak, bagaimana di level paling bawah ini di desa memberikan ruang-ruang bagi anak muda untuk terlibat langsung,” pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.