KOMPAS.com - Hari Raya Kuningan merupakan salah satu hari besar umat Hindu di Bali yang dirayakan setiap 210 hari sekali. Kali ini perayaan kuningan jatuh pada Sabtu (23/1/2023).
Kuningan dirayakan setiap hari Sabtu Kliwon di wuku Kuningan dalam penanggalan Bali. Dalam perhitungan kalender Bali, satu bulan biasanya terdiri dari 35 hari.
Baca juga: Makna Tradisi Mekotek Desa Munggu Bali saat Hari Raya Kuningan
Berikut ini beberapa fakta menarik mengenai Kuningan yang patut diketahui.
Hari Raya Kuningan kerap kali disamakan dengan Hari Suci Galungan karena perayaan yang hampir berdekatan. Padahal, kedua hari besar ini berbeda.
Dilansir dari jurnal berjudul Makna Filosofis Hari Raya Sugian Jawa dan Sugian Bali karya Wayan Musna, Galungann merupakan serangkaian perayaan selama sepuluh hari yang dilaksanakan setiap enam bulan sekali berdasarkan pakuwon.
Perayaan ini bertujuan untuk mengingatkan manusia untuk menegakkan dharma melawan adharma.
Dharma dalam diri manusia diartikan sebagai bersatunya rohani dan pikiran yang terang. Sementara itu, adharma merupakan segala kekacauan pikiran dalam diri manusia.
Kuningan merupakan perayaan yang jatuh pada hari kesepuluh dalam Hari Suci Galungan. Perayaan ini diartikan sebuah perayaan kemenangan dharma dalam melawan adharma.
Baca juga: Rangkaian Perayaan Hari Raya Kuningan untuk Umat Hindu
Namun meski jatuh pada saat yang berbeda, Kuningan merupakan satu rangkaian dengan Galungan.
Dilansir dari laman resmi Disperkimta Kabupaten Buleleng , Hari Raya Kuningan juga sering disebut dengan Tumpek Kuningan. Hari raya ini merupakan saat pemujaan kepada Dewa Pitara.
Pemujaan tersebut bertujuan untuk memohon keselamatan, keteguhan iman, perlindungan, serta tuntunan lahir dan batin.
Baca juga: 3 Hal yang Perlu Diketahui Seputar Hari Raya Kuningan
Pada Hari Kuningan, umat Hindu Bali percaya Bhatara dan Pitara turun ke bumi hanya sampai tengah hari. Oleh sebab itu, perayaan biasanya dilakukan hingga tengah hari saja.
Dilansir dari Kompas.com, Kamis (15/4/2021) Hari Raya Kuningan dipercaya merupakan saat arwah leluhur yang sempat turun ke bumi, kembali ke surga.
Umat Hindu di Bali percaya para Dewa dan arwah leluhur turun ke bumi pada Hari Suci Galungan untuk bertemu keturunannya. Mereka kemudian kembali ke surga pada Hari Raya Kuningan setelah bertemu dengan anak-cucunya di dunia.
Oleh sebab itu, Hari Raya Kuningan dilakukan dengan memberikan sejumlah persembahan sebagai bekal para leluhur yang kembali ke surga.
Baca juga: Apa Itu Hari Raya Galungan dan Kuningan? Simak Bedanya
Dilansir dari jurnal berjudul Tradisi Mesuryak pada Hari Raya Kuningan di Desa Pakraman Bongan Gede, Desa Bongan, Tabanan, Bali dan Potensinya Sebaga Sumber Belajar Sejarah di SMA karya I Made Chayana Mendala Putra, Mesruyak merupakan upacara yang dilakukan bertepatan dengan Hari Raya Kuningan.
"Upacara ini digelar bertepatan pada Hari Raya Kuningan (10 hari setelah Hari Raya Galungan) setiap enam bulan sekali dengan tujuan untuk memberikan persembahan atau bekal pada leluhurnya yang turun pada Hari Raya Galungan dan kembali ke nirwana pada hari Kuningan," tulis Putra dalam jurnalnya.
Baca juga: Makna Hari Raya Kuningan yang Masih Serangkaian dengan Galungan
Mesruyak merupakan tradisi yang sudah ada sejak nenek moyang. Tradisi ini berupa perebutaan uang yang ditebarkan secara acak.
Mesruyak sendiri memiliki makna berteriak. Hal ini menggambarkan suka cita yang dirasakan oleh masyarakat dalam acara tersebut. Desa Pakraman Bongan Gede berlokasi di Desa Bongan, Tabanan, Bali.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.View this post on Instagram