Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lesu Saat Pandemi, Desa Wisata di Gunungkidul Didorong Aktif Kembali

Kompas.com - 23/11/2021, 14:02 WIB
Markus Yuwono,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), berupaya membangkitkan kembali Desa wisata yang terpuruk akibat pandemi Covid-19.

Sekretaris Dinas Pariwisata Gunungkidul Harry Sukmono mengatakan, ada 18 desa wisata yang sudah mendapat surat keputusan (SK) bupati. Selain itu, ada belasan desa wisata yang lain masih berproses.

"Hampir semua terdampak pandemi, salah satu contoh aktivitas di desa wisata Nglanggeran. Homestay belum menerima tamu," kata dia kepada Kompas.com, Selasa (23/11/2021).

Baca juga: Gunungkidul Yogyakarta Terbuka untuk Investasi Wisata Edukasi

Ia melanjutkan, alasan homestay tidak menerima tamu adalah karena belum berani dengan kondisi saat ini. Pihaknya pun terus mendorong agar segera bangkit dan beraktititas kembali agar perekonomian kembali bergeliat.

Salah satu upaya adalah mendorong agar desa wisata memiliki sertifikat CHSE agar meningkatkan kepercayaan wisatawan maupun kepercayaan diri pelaku wisata.

Pemerintah DIY juga memberikan bantuan Rp 25 juta sampai Rp 35 juta kepada 72 kelompok sadar wisata agar digunakan untuk reaktifitasi lagi desa wisata.

Naik Mobil VW dari Kawasan Wulenpari, Patuk, GunungkidulDokumentasi Pengelola Wulenpari Naik Mobil VW dari Kawasan Wulenpari, Patuk, Gunungkidul

"(bantuan digunakan) Reaktifitasi desa wisata, salah satunya digunakan untuk unsur pendukung kesehatan untuk memenuhi CHSE," ucap dia.

Kepala Bidang  Pemasaran dan Bina Usaha Emy Nur Aini mengatakan bawha pemberian fasilitas pelatihan untuk pengelola desa wisata sesuai dengan perannya sebagai daerah tujuan wisata.

Dengan adanya kegiatan pelatihan, pihaknya berharap dapat meningkatkan kualitas pelayanan dan pengelolaan desa wisata agar menarik untuk dikunjungi.

Baca juga: Jutaan Orang Tetap Berwisata ke Gunungkidul, Meski Pandemi dan Sempat Tutup

Selain itu, juga memotivasi pengelola desa wisata untuk terus berinovasi mengembangkan produk wisata di desa wisata yang mereka kelola. Adapun untuk pelatihan diikuti 40 orang dari pengelola desa wisata.

"Harapannya, dengan pelatihan ketika wisatawan yang berkunjung tidak merasa bosan dan tertarik untuk berkunjung kembali," kata Emy.

Perantau bantu promosikan Desa Wisata

Sementara itu, para perantau dari Ikatan Keluarga Gunungkidul (IKG) Tangerang Selatan membantu pengelola wisata dan UMKM dengan berkunjung serta membantu promosi.

Salah satu anggota IKG Edy Suyanto menyampaikan, pihaknya bersama 30 anggota IKG Korwil Tangerang Selatan sengaja mudik dan berkunjung ke kawasan wisata, terutama desa wisata di Ngawen, Rongkop, Grisubo dan Semin.

"Kami akan bawa produk (UMKM) untuk dipasarkan di Jakarta dan sekitarnya," kata Edy.

Gunung Ireng, salah satu tempat wisata di Kabupaten Gunungkidul.KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Gunung Ireng, salah satu tempat wisata di Kabupaten Gunungkidul.

Selain itu pihaknya akan membantu promosi desa wisata yang selama ini belum banyak dikenal. 

"Tidak hanya mudik, kami berusaha menggeliatkan wisata dan UMKM yang terpuruk selama pandemi," kata dia.

Ketua umum IKG Edy Sukiman menambahkan, potensi wisata Gunungkidul terutama desa wisata cukup banyak, salah satunya kampung anggur di Padukuhan Ngasem Kidul, Kalurahan Bohol, Kapanewon Rongkop.

Baca juga: Wisatawan ke Goa dan Cave Tubing di Gunungkidul Diimbau Konfirmasi Dulu karena Cuaca Ekstrem

Wilayah itu dulu dikenal tandus, tetapi bisa ditanami anggur sehingga menjadi potensi di bidang pertanian dan pariwisata.

"Kami  melihat potensi, selain UMKM juga kemungkinan investasi yang bisa masuk di Gunungkidul," kata Edy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com