Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/12/2021, 19:07 WIB
Nabilla Ramadhian,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

7. Gunungnya pernah pakai “topi” lho!

Pada Desember 2018, masyarakat sempat dibikin geger oleh penampakan Gunung Semeru yang menggunakan “topi”.

Melansir Kompas.com, Selasa (11/12/2018), topi itu merupakan awan yang disebut sebagai fenomena Altocumulus Lenticular.

Baca juga:

Kepala Sub Bidang Prediksi Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada saat itu yakni Agie Wandala Putra menuturkan, awan terbentuk saat udara bergerak melewati pegunungan.

Alhasil, awan itu mendapat pendinginan yang cukup untuk terjadi kondensasi—fenomena perubahan benda gas atau uap air menjadi benda cair.

Terkait penampakan “gunung bertopi” itu, Agie menjelaskan bahwa fenomena tersebut tidak berbahaya bagi pendaki. Namun, mereka tetap harus waspada karena suhu udara akan menjadi lebih dingin.

Puncak Gunung Semeru saat ditutupi oleh awan Lenticular, Kamis (7/11/2019).Dok. TNBTS Puncak Gunung Semeru saat ditutupi oleh awan Lenticular, Kamis (7/11/2019).

8. Punya kisah legenda yang menarik

Melansir Bobo, Minggu (5/12/2021), Gunung Semeru memiliki sebuah kisah legenda menarik berdasarkan kitab Tantu Pagelaran.

Konon, kitab itu menceritakan sebuah permintaan seorang penguasa bernama Batara Guru kepada para dewa dan raksasa agar Gunung Mahameru di India dipindahkan ke Pulau Jawa.

Sebab, menurut cerita dalam kitab itu, Pulau Jawa tengah terombang-ambing di atas laut. Permintaan Batara Guru agar Gunung Mahameru dipindahkan dari India dimaksudkan untuk menstabilkan Pulau Jawa.

Baca juga:

Namun mengutip Intisari, Minggu (5/12/2021), ada legenda lain tentang Gunung Semeru. Kisah ini bermula saat sebuah pulau dikatakan sedang terombang-ambing di atas laut.

Pada suatu hari, Dewa Siwa mendatangi pulau tersebut dan melihat pohon Jawawut. Alhasil, dia menamai pulau itu sebagai Pulau Jawa.

Para dewa memutuskan untuk memaku pulau yang terombang-ambing itu dengan memindahkan Gunung Mahameru di India.

Puncak Mahameru Gunung Semeru dilihat dari Pos Kalimati.KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Puncak Mahameru Gunung Semeru dilihat dari Pos Kalimati.

Dewa Wisnu menjelma menjadi seekor kura-kura raksasa untuk menggendong Gunung Mahameru di punggungnya ke Pulau Jawa.

Sementara Dewa Brahma menjelma menjadi seekor ular raksasa yang membelitkan untuk mengikat Gunung Mahameru.

Usai melakukan perjalanan dari India ke Pulau Jawa, para dewa pun berhasil meletakkan Gunung Mahameru.

9. Menyimpan kisah tragis aktivis Soe Hok Gie

Soe Hok Gie merupakan seorang aktivitas dan penulis Indonesia. Dia pernah melakukan perjalanan bersama teman-temannya menuju Gunung Semeru pada 12 Desember 1969.

Baca juga:

Melansir Kompas.com, Minggu (22/9/2021), pendakian ini sangat spesial. Sebab, lima hari lagi Gie akan merayakan ulang tahun ke-27.

Perjalanan dimulai dari Kali Amprong, mengikuti pematang Gunung Ayek Ayek, dan turun ke arah Oro Oro Ombo.

Pemilihan jalurnya tidak biasa karena mereka mengikuti sebuah buku panduan terbitan Belanda tahun 1930.

Namun pendakian spesial ini menyimpan kisah tragis bagi Gie. Dia tidak sengaja menghirup gas beracun karena duduk di Puncak Mahameru.

Gunung Semeru terlihat dari titik pengamatan matahari terbit di kawasan wisata Gunung Bromo di Bukit Mentigen, Desa Ngadisari, Probolinggo, Jawa Timur, Kamis (7/6/2018). Lokasi wisata tersebut menjadi tujuan favorit wisata karena panorama alamnya yang menjadi magnet wisatawan lokal maupun mancanegara.MAULANA MAHARDHIKA Gunung Semeru terlihat dari titik pengamatan matahari terbit di kawasan wisata Gunung Bromo di Bukit Mentigen, Desa Ngadisari, Probolinggo, Jawa Timur, Kamis (7/6/2018). Lokasi wisata tersebut menjadi tujuan favorit wisata karena panorama alamnya yang menjadi magnet wisatawan lokal maupun mancanegara.

Gie meninggal di Gunung Semeru beberapa jam sebelum menginjak usia 27 tahun. Evakuasi jenazahnya memakan proses yang cukup lama sebelum akhirnya disemayamkan di Fakultas Sastra UI Rawamangun.

Awalnya, jenazah Gie dimakamkan di TPU Menteng Pulo, Jakarta sebelum dipindahkan ke TPU Tanah Abang.

Namun pada 1975, pihak keluarga memutuskan untuk mengkremasi jasad Gie. Abunya disebar di Lembah Mandalawangi, Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat.

10. Punya sosok legendaris bernama Mak Yem

Gunung Semeru memiliki seorang sosok legendaris bernama Mak Yem. Sayangnya, Mak Yem tutup usia pada 20 Juli 2021.

Mengutip Kompas.com, Selasa (5/8/2021), Humas TNBTS Sarif Hidayat menjelaskan, Mak Yem dianggap sebagai sosok legendaris karena merupakan istri dari Mbah Tumari—sudah meninggal sekitar tiga bulan sebelum Mak Yem.

Adapun Mbah Tumari dikatakan sebagai sosok yang sangat dikenang oleh para pendaki Gunung Semeru. Terlebih bagi para pendaki zaman dulu.

Sebab, Mbah Tumari dan Mak Yem menjadikan rumahnya di jalur pendakian Ranu Pani sebagai tempat singgah sementara untuk para pendaki yang hendak naik atau baru turun. Keduanya juga terkenal sering memberi nasihat dan petuah kepada para pendaki.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Harga Tiket dan Jam Buka Umbul Sigedang-Kapilaler di Klaten

Harga Tiket dan Jam Buka Umbul Sigedang-Kapilaler di Klaten

Travel Update
3 Wisata sambil Olahraga Alam Bebas di Bangka, Akses Dekat ke Bandara

3 Wisata sambil Olahraga Alam Bebas di Bangka, Akses Dekat ke Bandara

Travel Update
5 Aktivitas di Pantai Klotok Wonogiri, Main Air hingga Naik ATV

5 Aktivitas di Pantai Klotok Wonogiri, Main Air hingga Naik ATV

Travel Tips
10 Kota Termahal di Dunia, Peringkat 1 dari Negara Tetangga Indonesia 

10 Kota Termahal di Dunia, Peringkat 1 dari Negara Tetangga Indonesia 

Travel Update
5 Aktivitas di Pameran Repatriasi, Lihat Arca dan Ambil Majalah Gratis

5 Aktivitas di Pameran Repatriasi, Lihat Arca dan Ambil Majalah Gratis

Travel Tips
Harga Tiket Terbaru Gunung Api Purba Nglanggeran, Siang dan Malam Berbeda

Harga Tiket Terbaru Gunung Api Purba Nglanggeran, Siang dan Malam Berbeda

Travel Update
Umbul Sigedang-Kapilaler, Satu Lagi Pemandian dengan Air Sebening Kaca di Klaten

Umbul Sigedang-Kapilaler, Satu Lagi Pemandian dengan Air Sebening Kaca di Klaten

Jalan Jalan
Taman Nasional Terindah Ketiga di Dunia, Ternyata dari Indonesia

Taman Nasional Terindah Ketiga di Dunia, Ternyata dari Indonesia

Travel Update
Tiket Kereta Diskon 25 Persen di #DiIndonesiaAja Travel Fair, Yogyakarta Jadi Favorit

Tiket Kereta Diskon 25 Persen di #DiIndonesiaAja Travel Fair, Yogyakarta Jadi Favorit

Travel Update
6 Tips Berkunjung ke Pantai Klotok Wonogiri, Datang Pagi

6 Tips Berkunjung ke Pantai Klotok Wonogiri, Datang Pagi

Travel Tips
Liburan Sekeluarga Keliling Singapura, Kini Bisa Naik Transportasi Privat

Liburan Sekeluarga Keliling Singapura, Kini Bisa Naik Transportasi Privat

Travel Update
9 Tempat Wisata di PIK 2 buat Liburan Akhir Tahun 

9 Tempat Wisata di PIK 2 buat Liburan Akhir Tahun 

Jalan Jalan
4 Tips Berburu Promo di #DiIndonesia Aja Travel Fair 2023, Jangan Buru-buru

4 Tips Berburu Promo di #DiIndonesia Aja Travel Fair 2023, Jangan Buru-buru

Travel Tips
AirAsia Tunda Pindah Penerbangan Domestik ke Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta

AirAsia Tunda Pindah Penerbangan Domestik ke Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta

Travel Update
Promo Tiket Pesawat #DiIndonesiaAja Travel Fair 2023, ke Bali Rp 700.000an

Promo Tiket Pesawat #DiIndonesiaAja Travel Fair 2023, ke Bali Rp 700.000an

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com