Bagi pemeluk agama Hindu di Bali, Melukat merupakan bagian dari tradisi keagamaan. Kegiatan ini telah lama dan rutin dilakukan sebagai bentuk penyucian diri.
Pitana menerangkan, ada arti dan makna lain yang juga dirasakan wisatawan saat menjalani penyucian ini.
Baca juga: Rangkaian Acara Hari Raya Galungan, Sembahyang hingga Mengarak Barong
Dalam buku karangannya Pariwisata Spiritual: Dalam Teori dan Aplikasi, ia pernah melakukan wawancara mendalam kepada sejumlah wisatawan.
Hampir seluruh wisatawan menyetujui bahwa mereka merasakan kesegaran atau ketenangan setelah melakukan ritual Melukat. Apalagi, menurut Pitana, Melukat dilakukan dengan beberapa rangkaian kegiatan spiritual lainnya.
Di antaranya adalah sembahyang, duduk merenung sambil mendengarkan kisah-kisah alam, dan sejenisnya. Sehingga, wisatawan dapat terhanyut dalam suasana yang syahdu.
Baca juga: 7 Desa Wisata Mandiri Inspiratif Versi ADWI 2021, Ada Penglipuran Bali
Hubungan antara pariwisata dengan kebudayaan di Bali, menurut Pitana, adalah suatu hal yang saling berdampak baik atau mutual.
“Artinya, dengan Melukat, wisatawan bisa merasakan pengalaman baru yang menyenangkan, unique experience. Di sisi lain, pengelola juga bisa mendapatkan pemasukan sehingga bisa mengurus lokasi sekaligus untuk penghidupan,” papar Pitana.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.