KULON PROGO, KOMPAS.com – Kulon Progo mempunyai tempat wisata baru yang dulunya merupakan tambang pasir. Nama tempat wisata itu adalah Taman Tresno.
Lokasinya berada di kelok Sungai Progo yang orang menyebutnya sebagai Tikungan Nglompeng. Itu karena sungai menikung tajam. Sungai dari utara ke selatan, mendadak menikung ke Timur.
Lokasinya berada di Pedukuhan (dusun) Dukuh, Kelurahan Wijimulyo, Kapanewon atau Kecamatan Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Baca juga: Alun-alun Wates di Kulon Progo Bakal Ditutup Saat Malam Tahun Baru
Tikungan sungai itu menyuguhkan panoramanya indah dan udara yang segar. Sejauh mata memandang, tampak rimbunnya pepohonan di simpadan sungai. Baik di dekat kelok maupun seberang sungai, semuanya masih asri layaknya hutan.
Air sungai yang berwarna cokelat mengalir tidak beriak dan tenang. Susananya hening karena jauh dari keriuhan kota.
Adapun Taman Tresno Jasa Marga terletak di pinggir tebing yang dipotong persegi secara alami, tepat di belakang rumah warga Dukuh bernama Marsono.
“Dari sini, kita bisa lihat Tikungan Nglompeng. Tikungan di mana ada curug (air terjun kecil) yang airnya dari irigasi Kalibawang merembes ke sawah-sawah dan keluar di curug,” kata Marsono, Jumat (17/12/2021).
Melengkapi keindahan panorama, Taman Tresno dikemas jadi tempat nyaman untuk bersantai.
Taman ini, sambung dia, berdiri di luasan 1.500-2000 meter persegi. Di sana, terhampar rumput gajah mini dengan batu pijakan warna warni.
Hampar rumput itu dihiasi beberapa pohon hias, mulai dari krokot merah, hanjuang seperti kemoceng, palem merah, dan jenis pisang-pisangan hias. Aneka kembang kertas juga ada di pinggiran tebing.
Beberapa fasilitas di Taman Tresno Jasa Marga, antara lain toilet, kafetaria, mushala mini, dan rumah limasan terbuka sebagai pendopo.
Baca juga: Rute Menuju Desa Wisata Tinalah di Kulon Progo yang Masuk 50 Besar ADWI 2021
Di mana pun berdiri di taman itu, maka akan bisa melihat kelok sungai Progo ini. Selain itu, terlihat tepi Pedukuhan Pakelan, Kalurahan Sumberrahayu, Kapanewon Moyudan, Sleman, di seberang sungai.
Namun, bukan berarti aktivitas tambang pasir sudah tidak ada di sekitar taman. Masih ada penambangan pasir yang terlihat.
“Penambangan pasir itu di Pedukuhan Demen yang masih masuk satu desa dengan kami,” kata Marsono.
Marsono mengaku tidak membayangkan belakang rumahnya bakal berubah menjadi taman seindah ini. Pasalnya sebelum menjadi tama,n lokasi itu hanya lahan tidur tidak terurus.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.