Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Gereja Kuno di Jakarta, Cocok Dikunjungi Saat Libur Natal

Kompas.com - Diperbarui 23/12/2023, 22:02 WIB
Desi Intan Sari,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

4. Gereja Santa Maria De Fatima 

Bangunan gereja ini sangat unik dibandingkan gereja lainnya karena arsitekturnya yang mirip dengan vihara. 

Warna Gereja Santa Maria De Fatima juga didominasi warna merah dan emas, dengan patung macan pada bagian depannya. 

Gereja ini bediri di Kawasan pecinaan atau China Town di Jakarta. Jadi, tak heran jika desainnya sangat kental dengan budaya Tionghoa.

Gereja Santa Maria De Fatima punya mimbar yang sangat khas dengan budaya Tionghoa, dengan simbol-simbol dan ukirannya yang cantik. 

Lantaran keunikannya dan syarat akan nilai sejarah, pada 1972 gereja ini dijadikan Cagar Budaya oleh pemerintah setempat. 

Baca juga: Gereja Santa Maria de Fatima di Glodok, Bangunan Gereja Mirip Klenteng

5. Gereja Sion

Gereja Sion Shutterstock Gereja Sion

Tempat ibadah ini sudah berumur 300 tahun lebih dan peletakan batu pertamanya diketahui dilakukan pada 1693. 

Pada zaman dulu, gereja ini memiliki nama Portugese Buitenkerk yang artinya adalah Gereja Portugis di Luar. Ini merujuk pada penempatan gereja ini yang pada zaman Belanda ada di luar tembok.

Gereja Sion menjadi tempat ibadah bagi tawanan VOC berkebangsaan Portugis dan dibangun atas gagasan Gubernur Jendral Hindia Belanda pada saat itu, Pieter Van Hoorn. 

Arsitektur Gereja Sion sangat indah dan pengujung yang masuk seakan kembali ke masa lalu. 

Mimbarnya yang berbentuk menyerupai mahkota dan organ tua yang tersimpan di dalamnya menjadi daya tarik tersendiri. 

Baca juga: Gereja Sion, Gereja Berusia 324 Tahun di Jakarta

6. Gereja Tugu 

Gereja TuguKompas.com / Gabriella Wijaya Gereja Tugu

Gereja Tugu berlokasi di daerah Semper, Jakarta Utara dan dibangun oleh Belanda sebagai tempat ibadah bagi warga Kampung Tugu. 

Pada awalnya, kawasan Kampung Tugu merupakan tempat bagi orang Portugis yang diasingkan oleh Belanda dari Batavia. 

Kemudian, kawasan itu berkembang semakin pesat lantaran banyak orang Portugis yang tinggal dan menikah di tempat itu. 

Baca juga: Gereja Merah, Wisata Religi di Probolinggo yang Hanya Ada 2 di Dunia

Usia gereja ini sudah sangat tua, diperkirakan dibangun pada 1676 sampai 1678 dan sempat direnovasi pada 1737. 

Gereja ini diketahui sempat hancur saat adanya pemberontakan Tionghoa pada 1740, tapi kemudian dibangun kembali pada 1744. 

Meski sudah tua gereja ini masih berdiri kokoh dan masih menjadi tempat ibadah hingga saat ini. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com