KOMPAS.com – Liburan Natal 2021 dan Tahun Baru 2024 sudah di depan mata. Banyak keluarga yang sudah berencana untuk berwisata bersama.
Jika ingin mengisi pengalaman liburan dengan aktivitas yang berbeda, berwisata dengan mengunjungi gereja-gereja kuno di sekitar Jakarta bisa menjadi pilihan.
Setidaknya, ada enam gereja kuno di Jakarta yang dapat dikunjungi lantaran memiliki arsitektur bangunan yang indah.
Berikut daftar gereja kuno di Jakarta seperti disusun oleh Kompas.com setelah mengikuti kegiatan Jelajah Gereja Kuno virtual bersama Wisata Kreatif Jakarta, Rabu (22/12/2021).
Baca juga: 5 Gereja Unik di Dunia, Ada yang Berbentuk Buket Bunga
Gereja Immanuel bisa dibilang tempat ibadah golongan elit pada zaman Belanda. Jadi, hanya petinggi, raja dan bangsawan yang beribadah di tempat ini.
Awal mula gereja ini dibangun karena Kota Tua pada saat itu mulai ditinggalkan lantaran ada banyak wabah penyakit.
Kemudian di Kota Baru ini didirikanlah sebuah gereja berdesain megah dengan pilar-pilar besar berwarna putihnya.
Selain arsitektur yang indah, ada juga sebuah alat musik orgel yang sudah berusia ratusan tahun dan masih bisa digunakan hingga saat ini.
Baca juga: Indahnya Toleransi Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral
Gereja kuno di Jakarta lainnya yang menarik untuk dikunjungi adalah Gereja Katedral. Ini adalah gereja Katolik pertama di Jakarta dengan gaya gotik dengan bangunan berwarna gelap.
Meski sempat terbakar dan roboh, keindahan Gereja Katedral masih sangat indah dan terlihat megah.
Nama resminya adalah Gereja Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga, atau dalam bahasa Inggrisnya adalah The Church of Our Lady of the Assumption.
Tempat ibadah ini diresmikan pada 1901 dan memiliki monumen granit hitam dari Belgia untuk mengenang Komisaris Jendral Leonardus Petrus Josephus Burggraaf Du Bus de Gisignies. Ia dianggap sebagai sosok yang sangat penting dalam sejarah pembangunan Gereja Katedral.
Keunikan dari gereja ini adalah memiliki museum yang dibangun di dekatnya dan menyimpan berbagai benda sejarah yang berhubungan dengan Gereja Katedral.
Baca juga: Bukit Rhema Gereja Ayam Tutup Sementara Guna Cegah Penyebaran Corona
Gereja ini memiliki nama lain dan lebih terkenal yakni Gereja Ayam.
Disebut Gereja Ayam karena di atas gereja ada patung ayam yang berfungsi sebagai penunjuk arah.
Ini adalah gereja peninggalan Belanda yang dirancang oleh Ed Cuypers dan Hulswit, serta dibangun antara tahun 1913 sampai 1915.
Gereja dengan gaya bangunan campuran arsitektur Italia dan Portugis ini awalnya sangat kecil dan hanya sebuah kapel.
Namun, Gereja Pniel kemudian dipugar dan menjadi lebih luas sehingga bisa menampung ribuan orang yang beribadah.
Baca juga: Taman Doa Our Lady of Akita, Wisata Religi Baru di PIK 2
Interior bangunan ini masih dipertahankan dan tak ada yang diubah meski sudah berdiri ratusan tahun lamanya.
Mimbar, kursi, dan benda lain yang terbuat dari kayu jati masih asli dari sejak gereja ini diresmikan.
Gereja ini juga masih menyimpan sebuah Alkitab kuno berukuran besar dan berbahasa Belanda yang disimpan di mimbar gereja. Sayangnya, karena termakan umur, Alkitab itu sudah sangat rapuh.
Sieh dir diesen Beitrag auf Instagram an
Bangunan gereja ini sangat unik dibandingkan gereja lainnya karena arsitekturnya yang mirip dengan vihara.
Warna Gereja Santa Maria De Fatima juga didominasi warna merah dan emas, dengan patung macan pada bagian depannya.
Gereja ini bediri di Kawasan pecinaan atau China Town di Jakarta. Jadi, tak heran jika desainnya sangat kental dengan budaya Tionghoa.
Gereja Santa Maria De Fatima punya mimbar yang sangat khas dengan budaya Tionghoa, dengan simbol-simbol dan ukirannya yang cantik.
Lantaran keunikannya dan syarat akan nilai sejarah, pada 1972 gereja ini dijadikan Cagar Budaya oleh pemerintah setempat.
Baca juga: Gereja Santa Maria de Fatima di Glodok, Bangunan Gereja Mirip Klenteng
Tempat ibadah ini sudah berumur 300 tahun lebih dan peletakan batu pertamanya diketahui dilakukan pada 1693.
Pada zaman dulu, gereja ini memiliki nama Portugese Buitenkerk yang artinya adalah Gereja Portugis di Luar. Ini merujuk pada penempatan gereja ini yang pada zaman Belanda ada di luar tembok.
Gereja Sion menjadi tempat ibadah bagi tawanan VOC berkebangsaan Portugis dan dibangun atas gagasan Gubernur Jendral Hindia Belanda pada saat itu, Pieter Van Hoorn.
Arsitektur Gereja Sion sangat indah dan pengujung yang masuk seakan kembali ke masa lalu.
Mimbarnya yang berbentuk menyerupai mahkota dan organ tua yang tersimpan di dalamnya menjadi daya tarik tersendiri.
Baca juga: Gereja Sion, Gereja Berusia 324 Tahun di Jakarta
Gereja Tugu berlokasi di daerah Semper, Jakarta Utara dan dibangun oleh Belanda sebagai tempat ibadah bagi warga Kampung Tugu.
Pada awalnya, kawasan Kampung Tugu merupakan tempat bagi orang Portugis yang diasingkan oleh Belanda dari Batavia.
Kemudian, kawasan itu berkembang semakin pesat lantaran banyak orang Portugis yang tinggal dan menikah di tempat itu.
Baca juga: Gereja Merah, Wisata Religi di Probolinggo yang Hanya Ada 2 di Dunia
Usia gereja ini sudah sangat tua, diperkirakan dibangun pada 1676 sampai 1678 dan sempat direnovasi pada 1737.
Gereja ini diketahui sempat hancur saat adanya pemberontakan Tionghoa pada 1740, tapi kemudian dibangun kembali pada 1744.
Meski sudah tua gereja ini masih berdiri kokoh dan masih menjadi tempat ibadah hingga saat ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.