Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gereja Santa Maria De Fatima Jakarta, Gereja yang Kaya akan Budaya China

Kompas.com - Diperbarui 25/12/2022, 20:34 WIB
Desi Intan Sari,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.comGereja Santa Maria De Fatima di Glodok, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat, memiliki arsitektur yang kaya akan nuansa budaya Tionghoa.

Jika dilihat sepintas, bangunannya terlihat seperti kelenteng, tempat ibadah bagi umat Konghucu.  

Baca juga: 12 Gereja Tertua di Indonesia, Bisa Dikunjungi Saat Libur Natal

Warna bangunnya didominasi merah dan emas. Di bagian depan pintu masuk terdapat dua patung singa yang melambangkan kemegahan, sekaligus membuat nuansa budaya China semakin terasa.

“Patung Yesus yang dipajang di gereja juga disesuaikan, matanya terlihat sipit,” jelas pemandu Tur Jelajah Gereja Kuno, Ira, Sabtu (25/12/2021). 

Nuansa budaya China yang kental terlihat di bagian dalamnya, mulai kayu yang diukir, bagian mimbar, dan juga dekorasinya.  

Melansir Kompas.com, Senin (23/12/2019), gereja ini mempertahankan gaya bangunan khas Fukien atau Tiongkok Selatan. 

Baca juga:

Gereja Santa Maria De FatimaKompas.com / Gabriella Wijaya Gereja Santa Maria De Fatima

Berdirinya gereja ini bermula dari tugas pelayanan dan perawatan dari Vikaris Apostolik Jakarta, Mgr. Andrianus Djajasepoetra SJ kepada Pater Wilhelmus Krause Van Eeden SJ.

Pada awalnya, tujuan gereja ini didirkan adalah sebagai sekolah dan asrama bagi orang-orang Hoakiau atau perantau dari China yang ada di Glodok. 

Baca juga: 

Pada tahun 1953, tanah seluas satu hektar ini dibeli untuk dijadikan kompleks gereja dan sekolah dari seorang lurah keturunan Tionghoa pada zaman penjajahan Belanda.

Sejak bangunan resmi berdiri, jumlah jemaah juga semakin banyak dan gereja ini bisa menampung sekitar 600 orang saat ibadah dilakukan.

Beberapa tahun kemudian tepatnya pada 1970, gereja ini diserahterimakan dari Serikat Jesuit kepada Serikat Xaverian yang diwakilkan oleh Pater Pietro Grappoli S.X. 

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Kompas Travel (@kompas.travel)

Sayangnya, karena sakit, Pater Pietro Grappoli S.X digantikan oleh Pater Otello Pancani S.X dan setelahnya renovasi mulai dilakukan. 

Renovasi besar dilakukan mulai dari mengganti bagian lantai Gereja Santa Maria De Fatima hingga langit-langitnya. 

Baca juga: 8 Gereja Unik di Indonesia, Ada yang Mirip Kuil dan Pura 

Hingga sekarang gereja ini masih aktif dan misa juga secara terjadwal dilakukan setiap harinya.

“Masih ada ibadah dalam bahasa Mandarin, biasanya digelar pada hari Minggu,” ungkap Ira. 

“Tapi sejak pandemi (Covid-19) sudah tidak ada lagi,” imbuhnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com