Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Travel Bubble dan VTL untuk Perjalanan Lintas Negara, Apa Bedanya?

Kompas.com - 29/12/2021, 12:12 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

KOMPAS.com - Istilah travel bubble banyak disebut dalam beberapa bulan terakhir sebagai salah satu skema yang digunakan untuk perjalanan lintas negara.

Namun, belakangan muncul pula istilah Vaccinated Travel Lane (VTL) dengan skema yang sekilas mirip dengan travel bubble.

Misalnya, wisatawan atau pendatang asal Indonesia sebelumnya sempat direncanakan bisa berkunjung ke Singapura tanpa perlu karantina karena melalui jalur VTL.

Indonesia kini juga tengah menjajaki kerja sama VTL dengan India yang akan segera menandatangani nota kesepahaman.

Lalu, apa perbedaan travel bubble dan VTL?

Baca juga:

Perbedaan travel bubble dan VTL

Ilustrasi Travel BubbleSHUTTERSTOCK Ilustrasi Travel Bubble

Deputi Bidang Pemasaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Nia Niscaya menjelaskan perbedaannya.

Singkatnya, VTL merupakan skema pengembangan dari travel bubble.

"Travel bubble adalah konsep awal sebelum ada VTL. Tapi poinnya adalah bubble itu dari satu titik originasi (asal) ke satu titik di destinasi sehingga lebih terkontrol pergerakan orangnya."

"VTL lebih advance, Vaccinated Travel Lane," katanya saat Jumpa Pers Akhir Tahun 2021 di Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Jakarta, Senin (27/12/2021).

Pada travel bubble, dua atau lebih negara akan menyepakati gelembung atau koridor perjalanan untuk mengontrol penyebaran virus corona.

Sementara pada skema VTL, wisatawan yang masuk ke negara yang bekerja sama juga diharuskan sudah mendapatkan vaksinasi penuh atau dosis lengkap.

Selain itu, sistem pelacakan dan vaksinasi negara yang bekerja sama akan lebih terintegrasi.

"Kalau pada travel bubble belum terpikir tracing system-nya, VTL lebih advance. Tracing system juga dibangun, ada API-Application Programming Interface. Jadi sistem kita dan dia (negara kerja sama) kawin."

Menurut Nia, Indonesia juga sudah membahas potensi kerja sama VTL dengan beberapa negara lain, misalnya dengan Malaysia.

Namun, aturan mengenai masa karantina menjadi salah satu tantangan dalam pembahasan VTL.

"Tantangannya soal karantina. Dulu masih karantina lima, tiga hari. Begitu kejadian delapan, 10, 14 hari, saya bilang tahan dulu saja," ucap Nia.

Baca juga:

VTL terus dikaji

Menparekraf Sandiaga Uno mengungkapkan bahwa skema VTL masih akan terus dikaji, terutama mempertimbangkan penyebaran Covid-19 varian Omicron baik di Indonesia mau pun di negara lainnya.

Untuk sementara waktu, sistem bubble yang telah diterapkan, seperti pada pembukaan Presidensi G20 awal Desember lalu. Sistem bubble tersebut menurutnya terbukti ampuh karena tidak ada peserta yang terjangkit virus corona.

"Pada G20, baik di Bali mau pun Jakarta, sampai selesai tidak ada yang terjangkit virus corona."

"Oleh karena Covid-19 berubah-ubah terus, VTL sementara kita put on the sidelines. Konsep bubble akan kita perluas karena event ke depan sangat membutuhkan solusi," kata Sandiaga, Senin.

Baca juga: Tips Kunjungi Destinasi Wisata Luar Negeri, Ketahui Aturan Perjalanan Masing-masing Negara

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com