KOMPAS.com - Sehelai kain batik tulis telah menempuh perjalanan panjang sebelum sampai di tangan pemakainya.
Pertama-tama, perajin batik wajib menyiapkan bahan, mulai dari kain, malam, hingga pewarna.
Malam atau lilin yang dipakai untuk membatik memengaruhi kualitas kain batik. Jika mutunya kurang bagus, maka goresannya akan patah-patah dalam kurun waktu dua hingga tiga bulan.
Saat membatik, api yang digunakan untuk memanaskan malam juga harus diatur dengan benar.
Baca juga: Belajar Membatik, Aktivitas Wisata di Kampung Batik Giriloyo Yogyakarta
Jika belum panas, maka malam akan sulit keluar dari ujung canting. Namun, jika terlalu panas, malam yang keluar akan menjadi terlalu tipis.
Usai menjalani proses membatik di kedua sisinya agar warna tidak tembus, kain tersebut memasukki proses pewarnaan.
Pewarna sintetis tentunya akan lebih mudah untuk menghasilkan warna yang diinginkan.
Namun, lain halnya dengan pewarna alami. Untuk pewarna dari tanaman indigofera, misalnya, harus difermentasi dan didiamkan selama 24 jam terlebih dahulu agar menghasilkan warna biru. Jika hendak dipakai, pewarna tersebut juga harus dicampur dengan bahan lainnya.
Perjalanan kain batik tulis tidak berhenti sampai di titik itu.
Baca juga: 4 Tips Wisata ke Kampung Batik Giriloyo Yogyakarta, Bawa Uang Tunai
Apabila ada beragam warna dalam satu kain, maka kain tersebut akan melewati proses membatik dan pewarnaan lagi. Secara keseluruhan, proses tersebut memakan waktu mulai dari dua minggu.
Hal itulah yang diajarkan oleh para perajin di Kampung Batik Giriloyo di Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.