Kampung ini adalah rumah dari Paguyuban Batik Giriloyo, sebuah perkumpulan 12 kelompok kecil perajin batik dari tiga dusun, yaitu Giriloyo, Cengkehan, dan Karang Kulon.
Melansir Kompas.com, Sabtu (1/1/2022), dengan biaya paket mulai dari Rp 250.000 untuk lima orang, wisatawan bisa belajar membatik dari awal hingga akhir.
Banyak hal yang bisa dipetik dari proses membatik. Di antaranya adalah ketenangan dan kreativitas.
"Kalau orang membatik pas kondisi batin lagi enggak nyaman, lagi ada masalah, batiknya juga acak-acakan gitu. Maksudnya, kadang ada aja gangguannya - cantingnya mampet, terus apinya juga enggak bisa lancar. Terus penorehan di kain juga beda. Kalau pas hatinya lagi enak, lagi enggak nyaman juga beda," terang Bendahara Paguyuban Batik Giriloyo, Wasihatun, kepada Kompas.com, Jumat (17/12/2021), sebagai bagian dari rangkaian Traveloka Garuda Flyers Club Media Trip to Yogyakarta.
Sedangkan, menurutnya, jika ada malam yang tidak sengaja menetes di luar pola yang sudah dibuat, maka perajin batik bisa membuat pola baru dari tetesan tersebut mengikuti kreativitas dan imajinasi mereka.
Baca juga: Itinerary 3 Hari 2 Malam di Yogyakarta, Belajar Membatik di Giriloyo
Motif batik yang ada di tempat ini merupakan motif klasik dari abad ke-17. Antara lain sidomukti, sido asih atau sida asih, wahyu tumurun, truntum, dan parang.
"Kalau batiknya sendiri, batik klasik Mataram," ujar salah satu perajin batik di Kampung Batik Giriloyo, Diah.
Pada zaman dahulu, lanjutnya, masyarakat setempat diajarkan membatik lantaran adanya kebutuhan sandang yang cukup banyak dari Kerajaan Mataram.
"Batik itu kalau zaman dulu dipakai oleh para bangsawan, bukan orang biasa. Jadi kalau kita hanya diajari batiknya saja, belum diajari warna, belum diajari bagaimana caranya menjadi kain," katanya.
Pada tahun 2006, gempa mengguncang tanah Yogyakarta. Kompas.com melaporkan, Kamis (27/5/2021), bencana tersebut merusak ratusan ribu rumah dan menyebabkan ribuan orang meninggal dunia.
Peristiwa tersebut juga menjadi awal berdirinya Paguyuban Batik Giriloyo, sekaligus pemberdayaan perajin batik di area tersebut.
"Dengan adanya paguyuban ini kita juga berpikir bagaimana batik bisa menjadi penopang ekonomi masyarakat. Tidak hanya menjual karya batiknya saja, tapi kita juga menjual edukasinya. Jadi kita menawarkan pelajaran batik kepada semua wisatawan yang datang ke Giriloyo dari TK sampai yang – masyarakat umum, para pejabat juga untuk ikut batik," ujar Diah.
Tidak hanya itu, paguyuban ini juga memiliki sistem pengolahan limbah batik sendiri, khususnya untuk pewarna sintetis.
Baca juga: Belajar Membatik, Aktivitas Wisata di Kampung Batik Giriloyo Yogyakarta