Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 06/01/2022, 21:35 WIB

KOMPAS.com - Sehelai kain batik tulis telah menempuh perjalanan panjang sebelum sampai di tangan pemakainya. 

Pertama-tama, perajin batik wajib menyiapkan bahan, mulai dari kain, malam, hingga pewarna.

Malam atau lilin yang dipakai untuk membatik memengaruhi kualitas kain batik. Jika mutunya kurang bagus, maka goresannya akan patah-patah dalam kurun waktu dua hingga tiga bulan. 

Saat membatik, api yang digunakan untuk memanaskan malam juga harus diatur dengan benar.

Baca juga: Belajar Membatik, Aktivitas Wisata di Kampung Batik Giriloyo Yogyakarta

Jika belum panas, maka malam akan sulit keluar dari ujung canting. Namun, jika terlalu panas, malam yang keluar akan menjadi terlalu tipis. 

Usai menjalani proses membatik di kedua sisinya agar warna tidak tembus, kain tersebut memasukki proses pewarnaan. 

Pewarna sintetis tentunya akan lebih mudah untuk menghasilkan warna yang diinginkan. 

Proses pewarnaan kain batik di Kampung Batik Giriloyo, Yogyakarta, Jumat (17/12/2021).KOMPAS.com/Ni Nyoman Wira Proses pewarnaan kain batik di Kampung Batik Giriloyo, Yogyakarta, Jumat (17/12/2021).

Namun, lain halnya dengan pewarna alami. Untuk pewarna dari tanaman indigofera, misalnya, harus difermentasi dan didiamkan selama 24 jam terlebih dahulu agar menghasilkan warna biru. Jika hendak dipakai, pewarna tersebut juga harus dicampur dengan bahan lainnya. 

Perjalanan kain batik tulis tidak berhenti sampai di titik itu. 

Baca juga: 4 Tips Wisata ke Kampung Batik Giriloyo Yogyakarta, Bawa Uang Tunai

Apabila ada beragam warna dalam satu kain, maka kain tersebut akan melewati proses membatik dan pewarnaan lagi. Secara keseluruhan, proses tersebut memakan waktu mulai dari dua minggu.

Hal itulah yang diajarkan oleh para perajin di Kampung Batik Giriloyo di Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. 

Salah satu pendopo di Kampung Batik Giriloyo, Yogyakarta, pada Jumat (17/12/2021).KOMPAS.com/Ni Nyoman Wira Salah satu pendopo di Kampung Batik Giriloyo, Yogyakarta, pada Jumat (17/12/2021).

Kampung ini adalah rumah dari Paguyuban Batik Giriloyo, sebuah perkumpulan 12 kelompok kecil perajin batik dari tiga dusun, yaitu Giriloyo, Cengkehan, dan Karang Kulon.

Melansir Kompas.com, Sabtu (1/1/2022), dengan biaya paket mulai dari Rp 250.000 untuk lima orang, wisatawan bisa belajar membatik dari awal hingga akhir. 

Banyak hal yang bisa dipetik dari proses membatik. Di antaranya adalah ketenangan dan kreativitas.

"Kalau orang membatik pas kondisi batin lagi enggak nyaman, lagi ada masalah, batiknya juga acak-acakan gitu. Maksudnya, kadang ada aja gangguannya - cantingnya mampet, terus apinya juga enggak bisa lancar. Terus penorehan di kain juga beda. Kalau pas hatinya lagi enak, lagi enggak nyaman juga beda," terang Bendahara Paguyuban Batik Giriloyo, Wasihatun, kepada Kompas.com, Jumat (17/12/2021), sebagai bagian dari rangkaian Traveloka Garuda Flyers Club Media Trip to Yogyakarta.

Sedangkan, menurutnya, jika ada malam yang tidak sengaja menetes di luar pola yang sudah dibuat, maka perajin batik bisa membuat pola baru dari tetesan tersebut mengikuti kreativitas dan imajinasi mereka.

Baca juga: Itinerary 3 Hari 2 Malam di Yogyakarta, Belajar Membatik di Giriloyo

Sejarah Kampung Batik Giriloyo, punya motif dari abad ke-17

Beberapa jenis kain batik yang dijual di galeri Kampung Batik Giriloyo, Yogyakarta. KOMPAS.com/Ni Nyoman Wira Beberapa jenis kain batik yang dijual di galeri Kampung Batik Giriloyo, Yogyakarta.

Motif batik yang ada di tempat ini merupakan motif klasik dari abad ke-17. Antara lain sidomukti, sido asih atau sida asih, wahyu tumurun, truntum, dan parang. 

"Kalau batiknya sendiri, batik klasik Mataram," ujar salah satu perajin batik di Kampung Batik Giriloyo, Diah. 

Pada zaman dahulu, lanjutnya, masyarakat setempat diajarkan membatik lantaran adanya kebutuhan sandang yang cukup banyak dari Kerajaan Mataram. 

"Batik itu kalau zaman dulu dipakai oleh para bangsawan, bukan orang biasa. Jadi kalau kita hanya diajari batiknya saja, belum diajari warna, belum diajari bagaimana caranya menjadi kain," katanya.

Pada tahun 2006, gempa mengguncang tanah Yogyakarta. Kompas.com melaporkan, Kamis (27/5/2021), bencana tersebut merusak ratusan ribu rumah dan menyebabkan ribuan orang meninggal dunia. 

Peristiwa tersebut juga menjadi awal berdirinya Paguyuban Batik Giriloyo, sekaligus pemberdayaan perajin batik di area tersebut.

"Dengan adanya paguyuban ini kita juga berpikir bagaimana batik bisa menjadi penopang ekonomi masyarakat. Tidak hanya menjual karya batiknya saja, tapi kita juga menjual edukasinya. Jadi kita menawarkan pelajaran batik kepada semua wisatawan yang datang ke Giriloyo dari TK sampai yang – masyarakat umum, para pejabat juga untuk ikut batik," ujar Diah.

Tidak hanya itu, paguyuban ini juga memiliki sistem pengolahan limbah batik sendiri, khususnya untuk pewarna sintetis.

Baca juga: Belajar Membatik, Aktivitas Wisata di Kampung Batik Giriloyo Yogyakarta

Terdampak pandemi Covid-19 

Galeri di Kampung Batik Giriloyo, Yogyakarta, pada Jumat (17/12/2021).KOMPAS.com/Ni Nyoman Wira Galeri di Kampung Batik Giriloyo, Yogyakarta, pada Jumat (17/12/2021).

Pandemi Covid-19 menyebabkan Kampung Batik Giriloyo melakukan penyesuaian.

Pada Maret 2020, tempat ini ditutup, lalu dibuka kembali pada September hingga akhir tahun 2020. Namun, tempat ini terpaksa tutup lagi pada awal tahun 2021 hingga September 2021. 

"September sampai sekarang mulai ada transaksi, walaupun belum seperti sebelum pandemi. Kalau penurunan dilihat dari tahun 2020 untuk penjualannya sekitar 90 persen penurunannya. Jauh sekali karena kan tutup," kata Diah.

Sementara itu, menurut Wasihatun, omzet tertinggi mereka terjadi sebelum pandemi melanda. 

"Di tahun 2019 omzet di galeri ini dari batiknya, bukan dari belajar paketan batik, hampir setengah miliar lebih. Satu tahun. Itu bahkan hampir mencapai satu miliar kurang sedikit," kata Wasihatun. 

Baca juga: Berkat Batik, Desa Giriloyo Yogya Bangkit Pasca-gempa

Kampung Batik Giriloyo juga berdaptasi dengan situasi yang ada, mulai dari menerapkan protokol kesehatan di tempat wisata hingga vaksinasi untuk seluruh perajin.

Kendati demikian, Diah mengungkapkan bahwa pemasaran masih menjadi kendala yang mereka hadapi.

"Kalau produk kita satu bulan misalnya bisa mengumpulkan 600, yang terjual belum tentu bisa sebanyak itu. Kemudian penghasilannya juga kecil sebagai perajin batik," ujar Diah.  

Ilustrasi kegiatan membatik yang ada di Kampung Batik Giriloyo, Yogyakarta, pada Jumat (17/12/2021).KOMPAS.com/Ni Nyoman Wira Ilustrasi kegiatan membatik yang ada di Kampung Batik Giriloyo, Yogyakarta, pada Jumat (17/12/2021).

Sebagai informasi, sehelai kain batik bisa dijual mulai dari Rp 500.000 hingga Rp 3 jutaan. Ada juga syal batik dengan harga mulai dari Rp 250.000.

Masalah pemasaran tersebut juga ditambah dengan adanya masalah regenerasi. 

"Kalau dulu awalnya sampai 1.000 orang dari tahun ke tahun ternyata semakin ke sini semakin berkurang perajinnya. Untuk survei terakhir tahun 2019, jumlahnya sekitar 600 (orang) yang masih aktif," katanya.

Saat ini, perajin batik di Kampung Batik Giriloyo seluruhnya perempuan dengan rata-rata usia 30 tahun ke atas. 

Baca juga: Desa Giriloyo, Setia Melestarikan Batik Tulis

Ia melanjutkan, ketika kondisi ekonomi membaik, sehingga beberapa warga bisa meraih pendidikan yang lebih tinggi, terjadi pergeseran profesi ketika mereka lulus. 

"Mungkin ada suatu pergeseran yang dulu orang tuanya sebagai pembatik mungkin anak perempuannya bergeser (profesi). Jadi berkurang, berkurang, seperti itu," tuturnya. 

Meski demikian, berdasarkan apa yang ia lihat selama ini, warga setempat yang sudah berkeluarga dan tidak bekerja di kantor atau di pabrik lagi, akan kembali menjadi perajin batik sambil menjaga anak-anaknya di rumah. 

Dengan menjadi perajin batik, mereka mendapat tambahan penghasilan untuk keluarga. 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Rute ke Spot Riyadi, Tempat Nikmati Pagi usai Sahur di Yogyakarta

Rute ke Spot Riyadi, Tempat Nikmati Pagi usai Sahur di Yogyakarta

Travel Tips
AirAsia Akan Buka Rute Jakarta-Perth PP, Tiket Mulai Rp 1,2 Juta

AirAsia Akan Buka Rute Jakarta-Perth PP, Tiket Mulai Rp 1,2 Juta

Travel Update
Nosarara Nosabatutu, Tempat Ngabuburit di Palu dengan Panorama Alam

Nosarara Nosabatutu, Tempat Ngabuburit di Palu dengan Panorama Alam

Jalan Jalan
3 Tips Kebagian Shalat Idul Fitri di Masjid Istiqlal, Datang Subuh

3 Tips Kebagian Shalat Idul Fitri di Masjid Istiqlal, Datang Subuh

Travel Tips
Tarif Tol Jakarta-Cikampek 2023, Cek Sebelum Mudik 

Tarif Tol Jakarta-Cikampek 2023, Cek Sebelum Mudik 

Travel Tips
Jangan Lakukan 4 Hal Ini Saat ke Pameran Artefak Nabi Muhammad

Jangan Lakukan 4 Hal Ini Saat ke Pameran Artefak Nabi Muhammad

Travel Tips
10 Masjid Unik di Rest Area, Ada yang Berbentuk Bulat dan Tanpa Kubah

10 Masjid Unik di Rest Area, Ada yang Berbentuk Bulat dan Tanpa Kubah

Jalan Jalan
Bagasi Gratis Lion Air Jadi 15 Kg untuk 8 Rute Ini

Bagasi Gratis Lion Air Jadi 15 Kg untuk 8 Rute Ini

Travel Update
2 Hotel di Bali Masuk Daftar Hotel Terbaik di Dunia 2022

2 Hotel di Bali Masuk Daftar Hotel Terbaik di Dunia 2022

Travel Update
Istana Maimun, Tempat Ngabuburit di Medan yang Cocok untuk Keluarga

Istana Maimun, Tempat Ngabuburit di Medan yang Cocok untuk Keluarga

Jalan Jalan
Masuk ADWI 2023, Desa Wisata Kubu Gadang Punya Banyak Paket Wisata

Masuk ADWI 2023, Desa Wisata Kubu Gadang Punya Banyak Paket Wisata

Jalan Jalan
Manchester di Inggris Terapkan Pajak Turis mulai Rp 18.000 per 1 April

Manchester di Inggris Terapkan Pajak Turis mulai Rp 18.000 per 1 April

Travel Update
Berburu Takjil di Kota Lhokseumawe, Banyak Tempat untuk Dikunjungi

Berburu Takjil di Kota Lhokseumawe, Banyak Tempat untuk Dikunjungi

Jalan Jalan
5 Aktivitas di Pameran Artefak Nabi Muhammad, Bisa Cium Kiswah

5 Aktivitas di Pameran Artefak Nabi Muhammad, Bisa Cium Kiswah

Jalan Jalan
Jelang Libur Panjang di DIY, Pemandu Wisata Diminta Beri Pemahaman Mitigasi Bencana

Jelang Libur Panjang di DIY, Pemandu Wisata Diminta Beri Pemahaman Mitigasi Bencana

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+