Lennon dan Folley (2000) melukiskan dark tourism sebagai relasi antara minat pada kematian dan kengerian dengan atraksi turisme.
Ruane (2004) menyebutkan bahwa bencana dan kematian tampaknya menjadi komoditas menguntungkan yang dapat dipasarkan dalam industri pariwisata. Aktivitas ini juga diakui sebagai ceruk pariwisata tersendiri atau wisata dengan minat khusus.
Lebih lanjut, dark tourism dipandang sebagai penjaga warisan sejarah (Seaton, 2009). Di destinasi itu jugalah distribusi informasi yang efektif mengenai sejarah tempat dan nilai sejarah itu sendiri, memungkinkan wisatawan memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai “kengerian” pada masa lalu.
Baca juga: Dark Tourism, Saat Tempat Bencana Jadi Tren Wisata
Dengan kata lain dark tourism berperan sebagai alat unifikasi masa lalu, kini, dan masa depan, yang memperkaya sejarah dan warisan kepada para turis (Tan & Lim, 2017).
Tinjauan literatur mengenai dark tourism merujuk pada tiga motivasi utama wisatawan untuk mengunjungi destinasi tersebut.
Pertama adalah ketertarikan yang tidak wajar pada kematian (Seaton & Leanon, 2004). Sebagian manusia masa kini menaruh minat pada bagaimana kematian menjemput ketika bencana tiba-tiba datang. Misteri itu mendorong kunjungan ke tempat-tempat “gelap” di masa lalu.
Kedua, melakukan perenungan mengenai hidup dan mati (Stone & Sharpley, 2008). Sejumlah wisatawan mencoba berkontemplasi tentang kehidupan dan kematian melalui kunjungan ke destinasi bekas bencana, kemudian memetik hikmah untuk kehidupan yang kini dijalani.
Ketiga, kerinduan dan rasa ingin tahu untuk memahami peristiwa mengerikan seperti bagaimana insiden itu dapat terjadi (Biran dkk, 2012). Kronologi peristiwa menjadi bagian dari pengalaman yang dicari.
Yang patut diingat adalah motivasi wisatawan yang datang tentu bersifat subjektif dan unik, bergantung pada bagaimana mereka menafsirkan pengalaman yang diperoleh.
Indonesia sebagai negara yang sarat akan bencana alam memiliki potensi dan peluang besar untuk mengembangkan dark tourism. Namun, harus tetap memperhatikan rambu-rambu yang patut ditaati agar tidak sekadar mengeksploitasi bencana demi mengeruk keuntungan turisme semata.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.