Wisata erupsi Merapi di Yogyakarta dan wisata Tsunami di Aceh bisa dibilang contoh dark tourism yang dikelola dengan baik dan sarat nilai.
Pertama, wisata tersebut kaya akan nilai edukasi. Manusia diingatkan hakikat kehidupan yang harmonis antara manusia dan alam. Keberlanjutan (sustainability) menjadi kata kunci di sini. Walaupun bencana sewaktu-waktu dapat terjadi kembali, hidup harus terus berjalan.
Kedua, nilai religius. Hidup dan mati adalah misteri kehidupan. Hanya iman kepada Tuhan yang dapat menjawabnya. Ketika wisatawan mengunjungi destinasi bekas bencana, nilai-nilai religius itu dapat kembali muncul.
Ketiga, ilmu pengetahuan. Saat yang menyenangkan ketika belajar mengenai fenomena bencana alam adalah langsung berkunjung di tempat bencana itu pernah terjadi. Melihat sendiri fakta emperis, tak cuma gambar rekaan saja.
Sesungguhnya, ketimbang hanya berfoto-foto semata mengabadikan bencana dan kengerian di masa lalu, mengunjungi destinasi dark tourism menawarkan nilai lebih tentang arti kehidupan yang hakiki.
Relasi manusia dengan alam dan sang Pencipta yang kerap kali terlupa atau diabaikan dalam derap kehidupan masyarakat urban yang haus akan hiburan. Dark tourism memberikan penawar dahaga itu.
*Frangky Selamat adalah dosen tetap Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untar.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.