Hamparan perbukitan Menoreh yang menghijau dan Candi Borobudur nan megah pun dapat terlihat dari kejauhan.
Angin sejuk datang membelai. Panas terik sang mentari seolah terlupakan.
Sayang, waktu yang terbatas membuat kunjungan terasa singkat.
Namun pengalaman mengunjungi “Rumah Doa bagi Segala Bangsa” di Bukit Rhema dengan cerita yang menyertai menciptakan memori yang tidak terlupakan.
Hanya berjarak 1,3 km dari Bukit Rhema tawaran wisata yang tak kalah menarik ada di Punthuk Setumbu, Kurahan, Karangrejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang.
Di lapangan parkir dekat loket seorang pemandu datang menawarkan diri untuk mengarahkan pengunjung mendaki bukit menuju lokasi.
Eva, sang pemandu itu kemudian bercerita tentang asal-usul Punthuk Setumbu, siapa yang pertama kali menemukan, menyebarluaskan dan kapan mulai dikembangkan.
Di tengah perjalanan menuju puncak bukit, pengunjung ditawarkan berfoto dengan burung hantu milik penduduk sekitar. Kesempatan yang sulit ditemukan di kota-kota besar.
“Nah ini dia kita sudah sampai di Punthuk Setumbu,” seru Eva sambil menunjuk spot untuk pengambilan gambar terbaik dan menunjuk “Gereja Ayam” dan candi Borobudur yang tampak kecil dari atas bukit.
“Wow!” seru pengunjung penuh kekaguman melihat panorama indah di depan mata.
Wisata di Bukit Rhema, Punthuk Setumbu atau destinasi wisata lainnya, mengandalkan cerita untuk “menghipnotis” wisatawan yang datang, selain panorama alam yang indah.
Wisatawan datang ke destinasi untuk memperoleh pengalaman yang sejatinya cerita untuk disebar ke teman atau kolega, yang kini akrab dengan dunia media sosial.
Makin “magis” cerita yang dibagi, akan mengundang banyak komentar dan mendorong orang untuk datang, tidak cuma melihat foto yang beredar di dunia maya.
Sesungguhnya ada dua istilah yang terkait, yaitu narasi (narrative) dan cerita (story).
Poletta dkk (2011) mendefinisikan narasi sebagai kategori umum dari deskripsi peristiwa yang disampaikan dalam urutan kejadian.
Selanjutnya Moscardo (2018) berpendapat bahwa cerita adalah tipe khusus dari narasi yang didesain secara eksplisit untuk menghibur, melibatkan emosi dan mengubah audiens.
Maka sebuah cerita harus mencakup deskripsi, tidak hanya sekelompok rangkaian sebab akibat dari kejadian, namun juga memuat deskripsi karakter, bagaimana merespons dan konsekuensi atas reaksi itu.
Cerita sebagai daya tarik destinasi wisata sedikit banyak dipengaruhi oleh tiga kekuatan (Moscardo, 2020).