Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nginap di 5 Kamar Hotel Jakarta Ini Serasa Staycation di Singapura

Kompas.com - 29/01/2022, 09:46 WIB
Ni Nyoman Wira Widyanti

Penulis

KOMPAS.com - Mulai Sabtu (29/1/2022), wisatawan yang rindu liburan ke Singapura bisa staycation di lima kamar khusus di Artotel Thamrin-Jakarta, Jakarta Pusat.

Sebagai informasi, Singapore Tourism Board (STB) bekerja sama dengan Artotel Group untuk menghadirkan nuansa khas Negeri Singa di hotel tersebut. Kerja sama ini merupakan bagian dari kampanye Singapore Reimagine. 

Wisatawan bisa menginap di lima kamar khusus, tepatnya di lantai mezzanine, yang dihiasi mural hasil karya lima seniman Indonesia, yaitu Melissa Sunjaya, Tutu, Irskiy, Tuyuloveme, dan Sicovecas.

Baca juga: Artotel Thamrin-Jakarta Tawarkan Sensasi Staycation Bertema Singapura

Mural tersebut cukup unik lantaran mengacu pada lima passion tribe wisatawan yang ada di Singapura, sehingga tidak sama antara satu dengan lainnya.

Adapun passion tribe yang dimaksud terdiri dari foodies (pencinta kuliner), collectors (pencinta belanja), explorers (penjelajah), socialisers, dan culture shapers

Tidak hanya itu, setiap mural juga mengandung pandangan dan kenangan dari masing-masing seniman ketika berada di Singapura. 

Selain menikmati mural, para tamu juga bisa mengikuti aneka kegiatan virtual, menyantap hidangan khas Singapura, dan mendapat suvenir yang berhubungan dengan negara tersebut.

Berikut lima kamar khusus bernuansa Singapura di Artotel Thamrin-Jakarta dan cerita di baliknya:

Kampong Gelam, Melissa Sunjaya

Mural Kampung Gelam karya Melissa Sunjaya di Artotel Thamrin-Jakarta, Jakarta Pusat. Dok. Artotel Group Mural Kampung Gelam karya Melissa Sunjaya di Artotel Thamrin-Jakarta, Jakarta Pusat.

Kampong Gelam adalah distrik favorit Melissa Sunjaya ketika berada di Singapura. Ternyata, ia baru mengetahui bahwa distrik ini dulunya adalah desa tempat nenek moyangnya berlayar dari Jawa sebagai pedagang, lalu menetap jauh sebelum era kolonial.

Tidak hanya itu, ia juga baru mengetahui bahwa kata "gelam" di distrik ini berasal dari kata "gelam" dalam bahasa Jawa yang artinya tanaman kayu putih atau cajeput

Oleh karena itu, tanaman kayu putih dipilih menjadi mural yang mewakili culture shapers ini. Tanaman ini tidak hanya bisa dimanfaatkan menjadi minyak kayu putih, tapi juga bisa untuk membangun kapal dan menghasilkan bahan dempul. 

Di salah satu sisi kamar, ada pula lukisan bangunan ikonik Masjid Sultan dengan tulisan "Kampong Glam" di bawahnya yang dipajang searah dengan arah kiblat. 

"Aku senang banget sama daerah ini karena, buat aku, itu tempat melting pot dari banyak culture. Jadi banyak sekali pendatang dari Arab, dari Bugis, dan itu kelihatan banget dari arsitekturnya," kata Melissa kepada Kompas.com, Jumat (28/1/2022), di Jakarta Pusat. 

Sementara itu, warna biru yang dipakai dalam muralnya merupakan biru kobalt (cobalt blue). Ia tengah melakukan riset mengenai warna tersebut.

"Di abad pertengahan, warna biru ini hampir sama harganya dengan emas. Jadi ini warna biru ini (waktu itu) hanya bisa didapat dari lapis lazuli atau dari tanaman nila," ujarnya.

Baca juga: 5 Aktivitas Wisata Outdoor untuk Keluarga di Singapura

Journey to Remember, Tutu

Mural Journey to Remember karya Tutu di Artotel Thamrin-Jakarta, Jakarta Pusat.Dok. Artotel Group Mural Journey to Remember karya Tutu di Artotel Thamrin-Jakarta, Jakarta Pusat.

Warna-warna yang "hidup" akan menyambut wisatawan yang menginap di kamar ini. 

Mengusung tema socialisers, mural karya Tutu ini menggambarkan kehidupan sosial yang ada di Singapura.

Ia ingin menggali aktivitas hang out bersama, yang biasanya dilakukan sambil mendengarkan musik, makan, dan menikmati percakapan. Aktivitas tersebut diharapkan akan menciptakan kolaborasi. 

"Sebenarnya ini menyangkut dengan apa yang saya alami ketika berada di Singapura. Saya kalau di singapura biasanya hang out sama teman-teman saya," kata Tutu.

Ia menambahkan, biasanya ia nongkrong di Arab Street dan Kampong Gelam. 

Di salah satu sisi mural terdapat bangunan ikonik Potato Head yang berada di Keong Saik Road. Kawasan itu, lanjutnya, dijadikan tempat nongkrong anak muda dan para pekerja usai jam kerja. 

Tutu juga menggabungkan warna tua dengan warna yang cerah dan "berani" yang terinspirasi dari kehidupan malam yang beragam di negara itu.

"Di sana, kalau sudah jam 8 (malam) ke atas, terkubu. Di distrik ini ramai, ada bagian yang sepi. Saya menangkap warna-warna ini di distrik-distrik," katanya. 

Baca juga: 5 Wisata Indoor Ramah Anak di Singapura, Ada Perang Laser

Room Within a Room, Irskiy

Mural Room Within a Room karya Irskiy di Artotel Thamrin-Jakarta, Jakarta Pusat.Dok. Artotel Group Mural Room Within a Room karya Irskiy di Artotel Thamrin-Jakarta, Jakarta Pusat.

Mural 3D bertajuk Room Within a Room karya Irskiy seolah membawa para tamu yang menginap untuk masuk ke dalam ruangan milik seorang kolektor. 

Sang karakter utama, yang digambarkan sebagai seorang supermodel, mengoleksi aneka barang yang berhubungan dengan Singapura. Mulai dari patung Merlion mini hingga balsam. 

Ia juga mengenakan seragam motif batik khas awak kabin maskapai penerbangan Singapore Airlines. Menurut Irsky, seragam tersebut adalah bagian dari memori ketika ia bepergian ke Singapura bersama ibunya. 

Berbagai bahan digunakan dalam mural bertema collectors ini, di antaranya kanvas, katun, dan lakban kertas. 

"Sebenarnya enggak susah, cuma time consuming aja karena tiap bahan punya karakter masing-masing. Ada yang, misalnya ditempel di beton, bisa langsung nempel, ada yang enggak," kata Irskiy.

Lakban kertas, misalnya, ia susun secara manual hingga membuat ilusi seakan itu dilukis. 

"Saya suka eksplorasi bahan-bahan, jadi apapun yang menurut saya menarik, pasti saya pakai," tambahnya. 

Baca juga: Orchard Road, Surga Belanja di Singapura yang Ramah Muslim

Inside the Concrete Jungle, Tuyuloveme

Mural Inside the Concrete Jungle karya Tuyuloveme di Artotel Thamrin-Jakarta, Jakarta Pusat.Dok. Artotel Group Mural Inside the Concrete Jungle karya Tuyuloveme di Artotel Thamrin-Jakarta, Jakarta Pusat.

Banyak elemen tersembunyi yang bisa ditemukan di dalam mural Inside the Concrete Jungle karya Tuyuloveme. 

Mural dengan tema explorers ini seakan mengajak para tamu untuk menjelajahi daerah di Singapura yang belum pernah mereka kunjungi, atau kembali ke daerah yang sudah pernah didatangi dengan pandangan baru.

Seniman yang memulai karirnya di Yogyakarta ini merupakan anggota kolektif seni urban RSCLS di Singapura, sehingga ia cukup sering bepergian ke negara tersebut. 

"Saya mencoba membawa vibes dari street art di Singapura," kata Tuyuloveme. 

Para tamu yang menginap bisa melihat elemen dari Gardens By the Bay yang seolah dipenuhi cahaya ungu pada malam hari. Ada juga elemen mata yang melambangkan orang. 

Tidak hanya itu, ada pula unsur Bunga Nasional Singapura, Vanda Miss Joaquim. 

Tuyuloveme juga menyebut sejumlah daerah yang menurutnya perlu dijelajahi oleh wisatawan. 

Daerah tersebut di antaranya Lavender, Youth Park, dan Geylang yang banyak gerai makanan enak. 

Baca juga: 6 Tur Unik di Singapura, Wisata Kuliner hingga Horor

Afternoon Tea at the Hawker Centre, Sicovecas

Mural Afternoon Tea at the Hawker Centre karya Sicovecas di Artotel Thamrin-Jakarta, Jakarta Pusat.Dok. Artotel Group Mural Afternoon Tea at the Hawker Centre karya Sicovecas di Artotel Thamrin-Jakarta, Jakarta Pusat.

Menikmati hidangan di hawker centre merupakan salah satu "kebiasaan" Sicoveca dan pasangannya ketika berada di Singapura.

Oleh sebab itu, mural Afternoon Tea at the Hawker Centre bukan hanya soal makanan, namun juga perasaan. 

"Kebiasaan setiap kali ke Singapura, 'Yuk kita nyore di hawker centre'. Jadi bukan hanya makanan, tapi ada love yang kita bagi," kata Sicoveca. 

Mengusung tema foodies, mural dengan aneka warna pastel ini terdiri dari hidangan khas Singapura dan Peranakan. 

Wisatawan bisa menemukan laksa, sate, dan nasi hainan di dalam mural ini. Namun, masih ada lagi makanan lainnya yang "tersembunyi", menunggu untuk ditemukan oleh tamu yang menginap di kamar ini. 

Sicoveca menambahkan, tantangan dalam membuat mural ini ada pada tempat yang diberikan lantaran ia terbiasa membuat mural di tempat umum.

"Tapi begitu kelihatan progresnya, sudah asyik sendiri," kata seniman asal Yogyakarta ini. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com