KOMPAS.com – Hari ini, masyarakat Tionghoa tengah memperingati Tahun Baru Imlek 2573 Kongzili. Perayaan Imlek merupakan hari pertama bulan pertama pada penanggalan China, kerap disebut kalender lunar atau bulan.
Astronom amatir Marufin Sudibyo mengatakan, penanggalan China berdasarkan pergerakan bulan bulan dalam mengelilingi bumi.
Pergerakan tersebut menghasillkan periode revolusi, yakni waktu yang dibutuhkan bulan guna mengelilingi bumi dalam sekali putaran dan bergantung kepada titik referensi yang digunakan.
Dalam hal penanggalan berbasis pergerakan bulan atau biasa disebut kala candra (lunar), referensi yang digunakan adalah konjungsi bulan-matahari.
Baca juga: Sejarah dan Makna Lampion Saat Imlek, Lebih dari Sekadar Hiasan
Konjungsi bulan-matahai merupakat kedudukan matahari dan bulan tepat segaris atau dalam sebuah garis bujur ekliptika yang sama.
“Kala candra (kalender lunar) selalu berdasarkan atas periode sinodis bulan, yakni waktu yang dibutuhkan dalam perjalanan bulan dari suatu konjungsi bulan-matahari ke konjungsi bulan-matahari berikutnya yang berurutan,” kata kepada Kompas.com, Selasa (01/02/2022).
Periode sinodis bulan adalah 29 hari 12 jam 44 menit secara rata-rata yang lantas dibulatkan menjadi 29,5 hari. Nilai inilah yang menjadi dasar untuk menyatakan banyaknya hari dalam sebulan kalender lunar adalah 29 atau 30 hari.
Namun, tahukah kamu ada kalender lain yang juga menggunakan dasar pergerakan bulan bulan dalam mengelilingi bumi? Jawabannya adalah kalender Hijriah, atau kalender qamariah dalam Bahasa Arab yang berarti bulan.
Baca juga: Jam Buka dan Harga Tiket Sam Poo Kong Saat Hari Biasa dan Imlek
Lalu, apabila sama-sama berdasarkan bulan mengapa tahun baru kalender China dan Hijriah berbeda? Tahun 2022 saja misalnya, Tahun Baru Imlek jatuh pada Selasa (01/02/2022). Sedangkan tahun baru Hijriah pada Jumat (29/07/2022).
Dengan kata lain, tahun baru kedua kalender yang sama-sama berbasis periode sinodis bulan itu terpaut hingga enam bulan.
Marufin mengatakan, ada perbedaan mendasar antara penanggalan China dan Hijriah.
“Meskipun sama-sama berbasis pergerakan Bulan, namun ada perbedaan mendasar antara penanggalan China dan Hijriah,” ujarnya.
Pada kalender Hijriah, lanjut Marufin, murni berdasarkan gerak bulan semata. Jumlah bulan dalam setahun juga dipatok tetap, yakni 12 bulan.
Jadi, jumlah hari dalam setahun akan bervariasi antara 354 hari (tahun biasa) hingga 355 hari (tahun kabisat). Konsekuensinya, kata dia, bulan-bulan Hijriah akan selalu jatuh pada kedudukan matahari yang berbeda-beda dalam siklus 33 tahun-an Hijriah.
Jadi, apabila dibandingkan dengan bulan-bulan dalam penanggalan Gregorian atau Masehi, bulan-bulan Hijriah selalu bergeser secara konsisten. Selisih 11 hingga 12 hari antara tahun Hijriah dan tahun Masehi.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.