Lebih jauh, Hariyadi mengatakan bahwa proses karantina tidak dijalankan sendiri oleh hotel.
Alur tersebut memungkinkan adanya oknum yang memanfaatkan untuk keuntungan pribadi.
Ia menyesalkan pihak hotel yang sering kali disalahkan, padahal karantina melibatkan banyak pihak.
"Intinya, PHRI sama (seperti pemerintah), kami tidak ingin tercoreng, terutama paling berat dari PHRI karena apa-apa yang disalahkan hotel melulu," katanya.
Ia menyebutkan beberapa keluhan yang kerap disampaikan, salah satunya harga hotel karantina yang mahal atau makanan tamu hotel karantina yang harus disediakan oleh hotel.
"Mengenai makanan, itu saya terima komplain banyak sekali kenapa makan harus di hotel. Satgas persyaratannya seperti itu. Tidak boleh ambil makanan dari luar, termasuk makanan (yang dipesan) dari online."
"Akhirnya yang kena getahnya hotel mulu karena dianggap hotel punya tendensi kurang baik. Dituduh kami mafia karantina, segala macam," ucapnya.
Kendati demikian, Hariyadi menekankan akan menindak tegas jika ada anggotanya yang melakukan kesalahan atah kecurangan dalam pelaksanaan karantina.
Namun secara keseluruhan, ia meyakini pengawasan yang dilakukan oleh PHRI sudah cukup baik.
"Jadi kami juga mohon kerja sama semua pihak. Kalau memang ada itu (kecurangan), ayo kita sama-sama. Karena kami juga punya kepentingan supaya citra kami juga baik di mata internasional," ucapnya.
Baca juga: