Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Setelah PKL Direlokasi, Aura Malioboro Jadi Beda dan Sepi..."

Kompas.com - 08/02/2022, 21:01 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

 

Wajah baru Yogyakarta

Meski dianggap masih meninggalkan sejumlah kekurangan, tersemat sejumlah harapan terhadap relokasi PKL Malioboro.

Linda berharap, Malioboro pasca-relokasi bisa menjadi wajah baru Yogyakarta.

Jika sejak lama Malioboro dikenal dengan PKL-nya, kesan itu diubah perlahan menjadi tempat pejalan kaki yang cantik, nyaman, dan tertata.

"Semoga wajah baru Malioboro ini juga bisa menjadi daya tarik buat wisatawan," ungkapnya.

Linda berharap, tidak muncul PKL baru di sepanjang Malioboro dan membuat upaya penataan menjadi percuma.

Selain itu, ia juga berharap kesejahteraan para PKL dapat lebih diperhatikan, terutama di masa transisi relokasi.

Misalnya, pemerintah bisa membantu menggencarkan promosi lapak-lapak PKL agar pengunjung mau datang ke lokasi baru.

Hal senada diungkapkan Febri. Ia berharap dagangan para PKL bisa tetap laris dan terus dilakukan evaluasi terhadap proses relokasi ini.

"(Agar tetap laris) evaluasi prosesnya, benar-benar akomodir suara para pedagang, dan jangan korupsi," kata dia.

Baca juga:

Sementara Elise menyarankan agar Teras Malioboro 1 dan 2 dibuat menjadi lebih menarik sehingga lebih banyak pengunjung mau datang.

Sebab, saat ini ia melihat lokasi baru PKL tersebut masih kurang menarik. Bahkan, kata dia, salah satunya mirip lahan parkir kampus.

"Sebenarnya kalau tempatnya oke, layak, Instagramable mungkin, pastinya bisa jadi obyek wisata berikutnya," ucap Elise.

Ia menyebut beberapa tempat umum yang diberi sentuhan tersendiri sehingga punya daya tarik lebih dan mengundang banyak orang untuk berkunjung, seperti Alun-alun Kidul dan kedai kopi Nol Kilometer.

"(Kayak) Alun-alun Kidul, ke sananya malam soalnya ada sepeda hias. Itu yang menarik wisatawan. Terus di dekat Bank BNI nol kilometer ada kedai kopi, itu Instagramable."

"Ya semoga para pedagang bisa mendapatkan rezeki lebih baik, terlebih masa pandemi seperti sekarang," tuturnya.

Baca juga:

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com