Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petugas Keamanan Bandara Ceritakan Percobaan Penyelundupan oleh Penumpang

Kompas.com - 18/02/2022, 19:07 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Menjadi petugas keamanan bandara atau biasa disebut dengan Aviation Security/Airport Security, memiliki tanggung jawab utama melakukan pengamanan terhadap penerbangan sipil dari tindakan melawan hukum.

Beberapa tindakan melawan hukum ini berupa perilaku yang membahayakan keselamatan penerbangan atau angkutan udara.

Seperti misalnya sabotase, penyanderaan orang di bandara atau pesawat, membawa senjata atau peralatan berbahaya, pembajakan (hijack), atau memberikan informasi palsu yang dapat membayakan keselamatan.

Airport Security Screening Manager Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali Kiki Eprina Arieanti menceritakan pengalamannya saat memeriksa penumpang yang ternyata melakukan penyelundupan.

Baca juga: Apa itu Aviation Security? Kenali Profesi Petugas Keamanan di Bandara

Kejadian ini, menurut dia terjadi beberapa waktu lalu saat pandemi Covid-19 belum terjadi di Indonesia.

"Kami pernah menggagalkan baby (bayi) orang utan. Jadi ketika ditanya, dia pura-pura tidak bisa bahasa Inggris, padahal sebetulnya bisa," kata Kiki kepada Kompas.com, Rabu (16/2/2022).

Saat diinvestigasi lebih lanjut, ternyata pelaku tersebut bisa berbahasa Inggris dan memahami maksud pertanyaan para petugas keamanan Bandara. Namun, ia pura-pura tidak mengerti agar rencananya tidak ketahuan.

Kiki mengatakan, biasanya penumpang yang aneh atau patut dicurigai adalah mereka yang menghindari pertanyaan serta tidak kooperatif saat diperiksa oleh tim aviation security.

Baca juga:

Sebagai seseorang yang berpengalaman selama 15 tahun lebih di unit Airport Security, dirinya menceritakan beberapa pengalaman penyelundupan lain seperti salah satunya bayi lobster.

"Ada juga penyelundupan baby lobster. Ketika barang itu masuk (mesin) X-ray dan diidentifikasi oleh petugas, kemudian ditanya barangnya apa? lalu (dia) tidak kooperatif, akhirnya kami suspect," ujar Kiki.

Pada dasarnya, calon penumpang tidak perlu takut jika memang tidak melakukan kesalahan atau hal yang melanggar hukum. Namun, jika sulit diajak kerja sama saat pemeriksaan, kemungkinan besar akan cenderung dicurigai oleh petugas keamanan bandara.

Kiki kemudian menjelaskan kronologi kejadian penyelundupan bayi lobster ilegal itu.

Ilustrasi Aviation Security.DOK ANGKASA PURA I Ilustrasi Aviation Security.

"Saat kami minta tasnya dibuka, dia bilang 'Oh tidak bisa, kuncinya tidak ada di kami'. Nah itu enggak boleh, mereka harus tau barang yg dibawa itu apa, harus packing sendiri," tegas wanita kelahiran Surabaya ini.

Ketentuan wajib mengetahui isi barang dan mengemasnya sendiri termasuk dalam daftar pertanyaan keamanan (list of security question).

Pasalnya menurut Kiki, jika seseorang ketahuan tidak mengemasi barang miliknya sendiri, mereka tidak akan tahu jika ternyata barang mereka disisipkan sesuatu oleh orang lain yang berniat jahat. 

Baca juga: Jangan Lakukan 7 Kesalahan Ini Saat Melewati Keamanan Bandara

Selain itu, pemilik barang atau tas di pesawat harus bertanggung jawab dengan isi barangnya sendiri.

"Ternyata sampai kita interogasi, dia tidak bisa membuka kopernya itu. Singkat cerita, ternyata isinya baby lobster dan ini tidak boleh," lanjut Kiki.

Biasanya, hewan yang dibawa saat penerbangan memiliki syarat ukuran tertentu. Namun, pelaku diketahui memang tidak mengurus surat karantina hewan karena ia tahu bahwa hewan tersebut tidak bisa dibawa ke luar dari Indonesia.

Pengalaman menghadapi penumpang yang melanggar

Kiki mengatakan, sebenarnya ada cukup banyak penumpang yang belum mengetahui daftar barang-barang apa saja yang boleh dan tidak boleh dibawa saat naik pesawat.

Namun, pihaknya merasa bahwa menangani penumpang yang belum tahu aturan lebih mudah karena cenderung kooperatif, dibandingkan dengan orang yang sudah tahu.

Misalnya, orang-orang yang sudah tahu aturan, tetapi tetap membawa barang terlarang, entah karena alasan terselip tidak sengaja atau lupa, biasanya akan beradu argumen dengan petugas jika terjadi penyitaan.

Baca juga: Aturan Bagasi Pesawat Terbaru dari 7 Maskapai Indonesia

Ada juga permasalahan terjadi karena perbedaan standar penerbangan internasional dengan di Indonesia.

Menurut standar International Civil Aviation Organization (ICA0) yang mengatur penerbangan komersil, penumpang boleh membawa satu korek api (bukan korek api batangan) di saku mereka, seperti lighter atau skipo.

Namun, standar di Indonesia lebih ketat. Para penumpang tidak diperbolehkan membawa korek api jenis apa pun.

"Biasanya orang akan membandingkan, 'Saya sering ke luar negeri, tidak disita, kenapa di sini barangnya disita?' Nah ini yang jadi permasalahan," kata Kiki.

Barang yang tidak boleh dibawa sembarangan di bandara

Selain senjata maupun barang berbahaya lainnya yang masuk dalam kategori prohibited item (barang terlarang), ada juga yang disebut sebagai Contraband.

Ilustrasi koper. PIXABAY/IVABALK Ilustrasi koper.

Contraband memiliki arti yaitu barang gelap atau barang selundupan yang ilegal, menurut definisi dari kamus Merriam Webster.

Baca juga: Pertama Kali Naik Pesawat? Ini 10 Tahap Naik Pesawat dari Berangkat sampai Tujuan

"Contraband tidak membahayakan penerbangan, kayak baby lobster atau orang utan tadi kan tidak membahayakan penerbangan, tapi ketika kita menemukan barang seperti itu, kita harus berkoordinasi dengan instansi terkait," terang dia.

Misalnya, kalau bayi lobster atau hewan laut lainnya harus dikoordinasikan dengan Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM).

Contoh lain, uang dengan jumlah terlalu besar yang tidak wajar di penerbangan internasional harus dikoordinasikan dengan bea cukai.

Baca juga: Syarat Bawa Hewan di Pesawat dari 4 Maskapai Penerbangan di Indonesia

Barang-barang seperti hewan dapat dibawa, Kiki melanjutkan, asal memiliki surat karantina.

Terakhir, ia menyebutkan bahwa bandara yang paling tinggi risiko keamanannya berbanding lurus dengan jumlah penumpang.

"Jadi, semakin banyak penumpang di bandara, maka risiko (keamanan) juga semakin tinggi," jelas Kiki.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com