Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bukit Baru Pangkalpinang, Ada Pohon Bisbul dan Tandon Air Peninggalan Belanda

Kompas.com - 19/02/2022, 20:08 WIB
Heru Dahnur ,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

PANGKALPINANG, KOMPAS.com - Pohon Bisbul (Diospyros blancoi) setinggi 15 meter tumbuh dengan suburnya. Daunnya tebal berwarna hijau pekat. Pohon ini memiliki buah mirip apel, tetapi kulitnya dilapisi bulu-bulu halus.

Konon buah bisbul yang kaya kalium kerap dikonsumsi untuk melancarkan peredaran darah, sehingga dianggap juga sebagai obat bagi para penderita sakit jantung.

Terlepas dari itu semua, pohon bisbul bisa tumbuh dengan rindang yang membuat suasana di sekitarnya menjadi teduh. Orang-orang yang melintas di bawahnya pun bisa terlindung dari panas matahari.

Baca juga: DAMRI Layani Trayek KSPN Bangka-Belitung, Bisa Wisata di Pangkalpinang

Pohon bisbul ini salah satunya bisa ditemukan di taman hijau (green garden) Bukit Baru, Kota Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung.

Di taman ini, pohon bisbul memang bukan pohon satu-satunya. Ada belasan jenis pohon lainnya, seperti pohon Jamblang (Syzygium cumini L), Buni (Antidesma bunius), dan Asam Jawa (Tamarindus indica).

Pohon tersebut rata-rata sudah berukuran besar dan tumbuh di sepanjang lintasan jogging track, sehingga menghadirkan kerimbunan hijau layaknya hutan di tengah kota.

Baca juga: Jangan Salah Pesan Tiket, Pangkalpinang Beda dari Tanjung Pinang

Tidak hanya tanaman, fasilitas publik yang bisa dimasuki secara gratis itu juga memiliki ratusan burung merpati dan ayam kampung. Tak jarang, burung dara ikut beterbangan mengepakkan sayapnya saat pengunjung menjajal lintasan.

Sementara itu, kokok ayam jantan terdengar bersahutan. Keanekaragaman hayati dan fauna itu selain menyegarkan suasana, juga bisa menjadi wahana penelitian dan obyek fotografi.

Pepohonan yang tumbuh subur di lokasi jogging track Bukit Baru Pangkalpinang, Sabtu (19/2/2022).KOMPAS.com/HERU DAHNUR Pepohonan yang tumbuh subur di lokasi jogging track Bukit Baru Pangkalpinang, Sabtu (19/2/2022).

Sejak tatanan hidup baru atau new normal dicanangkan pemerintah, taman hijau Bukit Baru kembali dibuka untuk umum. Warga pun mendatangi Taman Bukit Baru untuk berolahraga atau sekadar bersantai bersama keluarga.

"Kami sering ke sini, terutama sore atau liburan akhir pekan," kata pengunjung bernama Romi kepada Kompas.com, Sabtu (19/2/2022). Ia datang bersama istri dan dua anaknya.

Sembari menikmati suasana, pengunjung juga bisa menjajal berbagai peralatan "penghancur lemak" yang bertebaran di tengah taman.

Baca juga: Itinerary 3 Hari 2 Malam di Pangkalpinang, Ada Pantai Tanjung Pesona

"Salah satunya yang bisa dicoba mini stepper untuk meratakan perut dan memperkuat otot kaki," ujar Romi.

Sesuai namanya Bukit Baru, lokasi taman ini memang berada di kontur perbukitan. Luasnya diperkirakan mencapai 300 hektar. Di kawasan ini juga terdapat mess karyawan PT Timah Tbk.

Emiten tambang pelat merah itu sekaligus berperan sebagai pengelola ruang terbuka hijau Bukit Baru.

Menara air Belanda di Taman Bukit Baru Pangkalpinang

Menariknya, taman hijau Bukit Baru juga memiliki tangki air (water toren) peninggalan zaman Belanda.

Sejarahwan Pangkalpinang Akhmad Elvian mengatakan, pembangunan water toren mulai digagas pada masa Residen AJN Engelenberg yang memerintah Bangka periode 1913 sampai1918.

Pepohonan yang tumbuh subur di lokasi jogging track Bukit Baru Pangkalpinang, Sabtu (19/2/2022).KOMPAS.com/HERU DAHNUR Pepohonan yang tumbuh subur di lokasi jogging track Bukit Baru Pangkalpinang, Sabtu (19/2/2022).

Kemudian, penelitian dilakukan pada periode 1925 sampai 1928 ketika keresidenan dipimpin JE Edie. Selanjutnya kontrak pembangunan dimulai pada masa Residen Hooger DG 1928 - 1931.

"Dari Bukit Mangkol, airnya dialirkan ke water toren dan kemudian disalurkan ke rumah-rumah. Memang yang menikmati awalnya pejabat Belanda dan karyawan timah," ujar Elvian.

Baca juga: Hotel Baru di Tengah Kota Pangkalpinang

Keterangan tertulis yang ada di kompleks watertoren menyebutkan, pembangunan fisik dilaksanakan Lindeteves Stokvis Betawi dengan kontrak senilai Rp 300.000 (nominal saat itu).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com