KOMPAS.com – Kota Surakarta memang kaya sejarah. Selain pernah menjadi ibu kota Mataram Islam, kota ini juga punya jejak sejarah masa lalu pada masa kolonial Belanda.
Kompas.com pun berkesempatan menjelajah jejak masa lalu di Kota Solo pada Hari Sabtu, (19/2/2022).
Hari itu, Kompas.com bergabung dengan Soerakarta Walking Tour yang mengadakan acara jalan-jalan dengan judul “Jejak Eropa”.
Baca juga: Kisah Sebenarnya Pangeran Samudra di Gunung Kemukus, Tak Ada Ajakan Ritual Seks
Perjalanan dimulai dari Balai Kota Surakarta pada Hari Minggu itu sekitar pukul 09.00 WIB yang juga menjadi titik awal penjelajahan.
Balai Kota Surakarta ternyata menyimpan jejak Eropa yang kini sudah tidak lagi bisa ditemukan.
“Pemerintah Kolonial Hindia Belanda ketika berada di Solo, berkantor di sini,” kata pemandu dari Soerakarta Walking Tour bernama Muhammad Aprianto, Minggu.
Baca juga: Ngabuburit Asyik Sambil Jelajah Rumah Para Pangeran Keraton Surakarta
Ia melanjutkan, bangunan Balai Kota Surakarta dulunya bukan pendapa joglo seperti sekarang ini. Apri juga menunjukkan foto Balai Kota Surakarta awal abad 20 yang berciri khas Eropa dengan pilar-pilarnya.
“Ketika terjadi Agresi Militer Belanda, Solo waktu itu chaos, perang revolusi, tempat ini dibakar,” sambung dia.
Setelah dibangun ulang dan sampai akhir era orde baru atau masa reformasi, bangunan Balai Kota Solo kembali dibakar massa demonstrasi. Pada 2002, Balai Kota Solo berbentuk pendapa joglo.
“Tujuannya menghindari konflik karena jika dibangun kembali mirip aslinya dengan bentukan bangunan Belanda, ada kecenderungan masyarakat akan curiga, apakah Belanda akan balik lagi. Kedua, ingin mendekatkan juga dengan budaya lokal,” sambung dia.
Selanjutnya, rombongan berjalan ke dalam kompleks Balai Kota Solo, tepatnya menuju bagian belakang Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil).
Bangunan selanjutnya ternyata berada di bawah permukaan tanah, yakni berupa bunker di sisi barat Disdukcapil.
Baca juga: Beda Gamelan Gaya Yogyakarta dan Surakarta, Warisan Budaya Tak Benda dari Indonesia
“Bunker ini ditemukan pada tahun 2012 saat kantor Disdukcapil ini mau direnovasi,” kata Apri.
Ia melanjutkan, bunker tersebut dibangun sekitar tahun 1941 saat Belanda saat itu sudah mencium gerak-gerik Jepang dan akan menguasai Hindia-Belanda, termasuk Kota Solo.
“Maka bunker ini pun dibangun sebagai perlindungan orang-orang Belanda di Solo ketika Jepang datang,” tutur Apri.