Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah di Balik Festival Bau Nyale Bisa Jadi Nilai Jual Pariwisata

Kompas.com - 21/02/2022, 12:46 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno, memeriahkan seremonial Pesona Festival Bau Nyale 2022 yang berlangsung di Novotel Lombok, Pantai Seger, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada Minggu (20/2/2022) malam.

Untuk diketahui, Festival Bau Nyale merupakan tradisi turun temurun dari masyarakat dari Suku Sasak. Antusias masyarakat sangat tinggi dan penyambutan dilakukan dengan meriah, lantaran festival ini sempat ditiadakan akibat pandemi Covid-19.

Sandiaga berharap agar perhelatan Festival Bau Nyale dengan tema 'Spirit of Mandalika' dapat menjadi momentum kebangkitan dan kepulihan ekonomi masyarakat NTB.

Baca juga: Itinerary Wisata 3 Hari 2 Malam di Kota Mataram, Lombok, Pantai sampai Kota Tua

"Setelah absen beberapa saat event daerah, kini mulai digeliatkan. Dan mudah-mudahan event ini sebagai momentum kebangkitan ekonomi kita. Festival Bau Nyale 2022 dengan tema Spirit of Mandalika ini kita harapkan juga sebagai momentum persiapan kita menghadapi MotoGP sebagai pra-event," kata Sandiaga.

Ia menyebutkan, Festival Bau Nyale memiliki legenda yang sangat menarik sebagai nilai jual untuk sektor pariwisata.

Legenda di balik Festival Bau Nyale

Festival yang menjadi tradisi turun-temurun ini dikaitkan dengan seorang putri dari raja ternama di Lombok yang bernama Mandalika.

Putri Mandalika dikisahkan memiliki paras cantik dan perilaku terpuji, sehingga wajar jika banyak raja muda yang terpikat dengan kecantikan dan keanggunannya.

Upacara Bau Nyale merupakan tradisi masyarakat suku Sasak mencari cacing laut yang dianggap jelmaan Putri Mandalika. www.indonesia.travel Upacara Bau Nyale merupakan tradisi masyarakat suku Sasak mencari cacing laut yang dianggap jelmaan Putri Mandalika.

Namun, Putri Mandalika yang tidak menginginkan pertumpahan darah dan ingin menjaga kerukunan masyarakat, memutuskan untuk tidak memilih siapa pun dan menenggelamkan diri di tengah samudera.

Baca juga: Itinerary Wisata Seharian Dekat Sirkuit Mandalika, Main di Pantai Kuta

Setelah kepergian sang Putri, muncul cacing warna-warni yang cukup banyak di pantai tempat Putri Mandalika hilang. Lalu, cacing itu disebut sebagai Nyale. Sementara, Bau berasal dari bahasa Sasak yang berarti menangkap.

Sejak saat itu, cacing warna-warni tersebut dipercaya sebagai jelmaan dari Putri Mandalika yang ingin memberikan kegembiraan kepada masyarakat. Peristiwa ini pun menjadi tradisi turun temurun dengan kebiasaan masyarakat menangkap cacing-cacing laut di pantai.

Untuk pemilihan tanggal Festival Bau Nyale sendiri, para warga harus bermusyawarah dengan tokoh-tokoh adat setempat.

Suasana opening cereminial Event Bau Nyale yang dibuka Oleh Sandiaga Salahuddin UnoBiro Komunikasi Kemenparekraf Suasana opening cereminial Event Bau Nyale yang dibuka Oleh Sandiaga Salahuddin Uno

"Festival ini merupakan tradisi turun-temurun dari masyarakat Sasak Lombok yang harus kita lestarikan dan ini juga tradisi untuk menangkap cacing nyale, cacing laut warna warni yang muncul sekali setahun di pantai selatan Lombok," kata Menparekraf.

Festival ini, Sandiaga melanjutkan, dapat menjadi motivasi masyarakat khususnya NTB untuk bangkit, berkolaborasi, dan membuka kembali sektor ekonomi, sosial, budaya, serta lingkungan.

Pihaknya juga akan terus mendorong event-event nasional agar dapat menarik lebih banyak wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara untuk berkunjung. Sehingga, gelaran event ini benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

Baca juga:

Harapannya adalah agar pesona Festival Bau Nyale terus menjadi kebanggaan Tanah Air dan tampil maksimal dari tahun ke tahun.

Tak lupa, Menparekraf Sandiaga juga terus mengimbau kepada masyarakat khususnya pelaku UMKM, agar aktif dalam mengambil peluang dari event-event internasional yang akan diselenggarakan di Mandalika.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com