Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

9 Situs Warisan Budaya Dunia UNESCO di Indonesia

Kompas.com - 24/02/2022, 16:02 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

Bagi masyarakat Bali, subak tak sekadar sistem irigasi melainkan juga konsep kehidupan bagi masyarakat.

Sebagai suatu metode penataan hidup bersama, SUbak mampu bertahan selama lebih dari satu abad karena masyarakatnya taat pada tradisi leluhur.

Pembagian air dilakukan secara adil dan merata, serta segala masalah dibicarakan dan dipecahkan bersama.

Bahkan, penetapan waktu tanam dan penentuan jenis padi yang ditanam pun dilakukan bersama.

Sanksi terhadap berbagai bentuk pelanggaran akan ditentukan sendiri oleh warga lewat upacara atau ritual yang dilaksanakan di pura.

Harmonisasi kehidupan inilah yang menjadi kunci utama lestarinya budaya Subak di Pulau Dewata.

Setiap Subak biasanya memiliki pura yang disebut Pura Ulun Carik atau Pura Bedugul, yang khusus dibangun oleh para petani untuk memuja Dewi Sri, dewi kesuburan dan kemakmuran.

Sistem pengairan ini diatur oleh seorang tokoh adat yang juga merupakan petani. Ia disebut Kelian (Klian), yang memiliki tugas untuk mengawasi dan mengelola Subak.

9. Tambang Batubara Ombilin, Sawahlunto

Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto ditetapkan sebagai Warisan Dunia UNESCO pada 2019.

Dikutip dari Kompas.com (08/07/2019), tempat ini merupakan situs tambang batu bara tertua di Asia Tenggara. Tempat penambangan ini sudah beroperasi lebih dari satu abad.

Dulunya, tambang ini dikelola oleh pemerintah kolonial, hingga akhirnya pengelolaan berpindah ke PT Bukit Asam Tbk.

Menurut situs resmi UNESCO, penambangan batu bara telah secara signifikan mengubah lanskap pedesaan Sawahlunto menjadi situs industri.

Selama pengembangannya pada abad ke-19, perusahaan pertambangan merancang lokasi penambangan Sawahlunto menjadi lima kegiatan spasial: industri tambang batu bara, area komersial dan perdagangan, area pemukiman, wilayah administrasi, dan utilitas kesehatan, guna mendukung kegiatannya.

Belanda membangun beberapa jaringan transportasi seperti membuat jaringan kereta api untuk mengangkut batu bara dari Sawahlunto ke pantai barat Sumatera.

Baca juga:

Hindia Belanda juga membangun Pelabuhan Emmahaven (dikenal sebagai Teluk Bayur) dan menjadi pelabuhan pengiriman untuk ekspor batu bara, menggunakan kapal uap SS Sawahlunto dan SS Ombilin-Nederland.

Sementara pada 1887-1892, mereka mulai membangun kereta api dari Pulau Air Padang ke Muaro Kalaban dan dari stasiun ini menuju ke wilayah Sawahlunto.

Di Komplek Tambang Batu Bara Ombilin, masih terdapat beberapa peninggalan asli seperti terowongan Mbah Soero, perumahan pekerja dan pekerja tambang (Tangsi Baru dan Tanah Lapang), pemfilteran batu bara, pabrik kereta api, kantor pemerintah, pemukiman, pemkot.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com