Sandiaga menjelaskan, terdapat tujuh kategori penilaian dalam ajang ADWI 2022 ini.
Ketujuhnya adalah daya tarik pengunjung atau atraksi, homestay, suvenir, toilet umum, CHSE (Cleanliness, health, safety, and environmental sustainability), digitalisasi dan konten kreatif, serta aspek kelembagaan desa wisata.
Menurutnya, ketujuh aspek tersebut telah dipenuhi oleh Desa Wisata Keciput.
Sehingga, ia mendorong pengelola desa wisata di Desa Keciput dan para pengelola dari 68 desa wisata lainnya di Bangka Belitung untuk ikut berpartisipasi dalam ajang ADWI 2022 yang menargetkan jumlah peserta sebanyak 3.000 desa wisata.
Baca juga:
Situs Jadesta juga memuat informasi tentang kisaran tarif aktivitas wisata di Desa Wisata Keciput.
Jika ingin mencoba diving, misalnya, wisatawan dikenai biaya sekitar Rp 1,5 juta per pax untuk satu kali penyelaman. Nantinya, wisatawan akan dipandu oleh pemandu lokal yang sudah bersertifikasi.
Sementara jika ingin mencoba snorkeling, wisatawan akan dikenai biaya mulai dari Rp 550.000. Tarif ini sudah termasuk transportasi menuju lokasi snorkeling di Pulau Lengkuas menggunakan perahu wisata tradisional.
Untuk mencapai pulau tersebut, dibutuhkan waktu tempuh sekitar 35 menit.
Wisatawan juga akan dibekali perlengkapan snorkeling, seperti life jacket, kacamata, dan fins (kaki katak).
Baca juga:
Adapun jika ingin mencoba aktivitas lain di luar olahraga air, wisatawan bisa mencoba belajar batik tulis, dengan tarif mulai dari Rp 75.000.
Durasi belajar adalah sekitar dua hingga tiga jam. Sesi belajar batik tulis akan dilakukan pada pagi hari, pukul 08.00-12.00.
Nantinya, wisatawan akan diajari membuat batik motif khas pesisir Tanjung Kelayang.
Jika ingin membeli produk batik tulis Belitung yang sudah jadi dan ada di Desa Keciput, harganya mulai dari Rp 350.000.
Batik-batik tersebut diproduksi dengan memberdayakan masyarakat sekitar.
Setelah lelah berkeliling, kamu juga bisa mencoba wisata kuliner lokal, dengan biaya mulai dari Rp 100.000.
Kuliner laut khas Belitung di Desa Keciput berasal dari kekayaan laut lokal yang menjadi mata pencaharian utama para nelayan di desa tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.