Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

12 Tradisi Jelang Ramadhan di Indonesia, Padusan sampai Nyadran

Kompas.com - 25/03/2022, 14:02 WIB
Ulfa Arieza ,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Umat muslim di seluruh dunia menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan dengan suka cita, tak terkecuali di Indonesia.

Sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim, kemeriahan menyambut Ramadhan sangat terasa. Terdapat tradisi unik jelang Ramadhan dari berbagai daerah di Indonesia.

Tradisi unik tersebut sesuai dengan adat istiadat masing-masing daerah yang tetap dilestarikan hingga saat ini. 

Baca juga: Tutup Selama Ramadhan, Pendakian Gunung Andong Buka Lagi 14 Mei 2021

Berikut 12 tradisi unik jelang Ramadhan dari berbagai daerah di Tanah Air:

1. Padusan, Jawa Tengah dan Yogyakarta

Memasuki bulan Ramadhan, umat muslim bukan hanya melakukan persiapan fisik untuk menjalani ibadah puasa, tetapi juga persiapan batin dengan menyucikan diri.

Mengutip Portal Informasi Indonesia (31/9/2019), salah satu tradisi menyucikan diri tersebut adalah padusan. Tradisi ini umumnya dilakukan oleh masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Umbul Manten di Klaten jelang Ramadhan 2019 lalu.KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Umbul Manten di Klaten jelang Ramadhan 2019 lalu.

Padusan berasal dari kata adus yang berarti mandi. Tujuannya adalah menyucikan diri, membersihkan jiwa, dan raga, sehingga saat Ramadhan datang umat muslim dapat menjalani ibadah dalam kondisi suci lahir maupun batin.

Tradisi yang merupakan warisan leluhur ini, dilakuakn dengan cara berendam atau mandi di sumber mata air.

Saat ini, kebanyakan kegiatan padusan dilakukan secara beramai-ramai bahkan menarik perhatian wisatawan baik domestik maupun mancanegara.

2. Kuramasan, Jawa Barat

Tradisi kuramasan dilakukan oleh warga di Kampung Adat Miduana, Cianjur, Jawa Barat seperti dikutip dari Antara (24/3/2022). Kampung Adat Miduana merupakan sebuah perkampungan yang masih berpegang teguh pada tradisi Sunda dalam kehidupan sehari-hari.

Kegiatan unik jelang Ramadhan itu berlangsung di Sungai Cipandak, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

Tradisi lokal mandi besar Kuramasan di kampung adat Miduana, Desa Balegede, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.ANTARA/HO Tradisi lokal mandi besar Kuramasan di kampung adat Miduana, Desa Balegede, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

Ketua Lokatmala Foundation Wina Rezky Agustina mengatakan dalam tradisi Kuramasan ini warga akan mandi di Sungai Cipandak baik secara individu maupun kelompok. Mereka datang ke Sungai Cipandak sehari menjelang Ramadhan sejak pagi hingga waktu solar Dzuhur

"Sebelum prosesi mandi massal ini, warga adat memanjatkan niat dan doa yang dipimpin oleh pemimpin adat setempat. Lalu, tanpa harus membuka pakaian, mereka turun ke Sungai Cipandak," kata Wina yang juga menjadi pendamping warga adat Miduana dikutip dari Antara.

Baca juga: 8 Perbedaan Suasana Ramadhan di Turki dan Indonesia Selama Pandemi

Tak hanya prosesi mandi massal, warga juga membersihkan sampah di Sungai Cipandak secara gotong-royong. Setelah acara selesai, dilanjutkan dengan kegiatan makan bersama atau dikenal dengan mayor di tepi sungai.

3. Mohibadaa, Gorontalo

Jelang Ramadhan, masyarakat Gorontalo memiliki tradisi Mohibadaa, yakni membalurkan ramuan rempah-rempah tradisional sebagai masker wajah.

Semua bumbu rempah memiliki masa kedaluwarsa.Unsplash/Andrea Leon Semua bumbu rempah memiliki masa kedaluwarsa.

Mengutip Kompas.com (12/4/2021), sebenarnya tradisi ini dilakukan tak hanya jelang Ramadhan. Namun, menyambut bulan puasa, tradisi ini menjadi lebih istimewa.

Ramuan rempah-remah yang digunakan antara lain tepung beras, humopoto (kencur), bungale (bangle), dan alawahu (kunyit). Disarankan menggunakan beras ketan agar hasil tepungnya halus.

Baca juga: Ilomata River Camp, Tempat Kemah dan Wisata Baru di Gorontalo

Mohibadaa dilakukan untuk menjaga kondisi kulit karena biasanya saat puasa, kulit terasa kering apalagi cuaca Gorontalo sangat panas.

Biasanya, paket rempah tradisional ini dijual di pasar tradisional sehingga masyarakat Gorontalo tak perlu meracik sendiri. Tak hanya aromanya yang harum sepanjang hari, kulit juga akan terasa kencang, sehat berseri, tidak kering, dan mengurangi kerutan.

4. Makan telur ikan, Kendal

Mengutip Kompas.com (12/4/2021), masyarakat Kaliwungu, Kendal memiliki tradisi unik yakni makan telur ikan mimi. Ikan mimi adalah binatang laut yang menyerupai ikan pari.

Ilustrasi telur ikandaffodilred Ilustrasi telur ikan

Menjelang Ramdhan, telur ikan mimi banyak dijajakan di alun-alun kota yang disulap menjadi pasar tiban atau pasar dadakan. Warga setempat meyakini telur ikan mimi ini biasa dimakan oleh penyebar agama Islam.

Baca juga: 7 Tradisi Unik Saat Bulan Ramadhan di Berbagai Negara

Biasanya, warga memakan telur ikan mimi malam menjelang Ramadhan. Selain makan telur ikan mimi, warga Kaliwungu juga memiliki tradisi tukuder yang artiya membeli makanan jelang Ramadhan.

5. Dandangan, Kudus

Dandangan merupakan tradisi yang diadakan untuk menandai dimulainya bulan Ramadan di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.

Masjid Menara Kudus, contoh bukti akulturasi budaya pra-Islam dan budaya Islam di Indonesia.Kemdikbud Masjid Menara Kudus, contoh bukti akulturasi budaya pra-Islam dan budaya Islam di Indonesia.

Mengutip situs Warisan Budaya Tak Benda, (1/1/2016), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, puncak seremoni dandangan dilakukan dengan memukul bedug Masjid Menara Kudus. Kegiatan itu menandai awal bulan Ramadhan.

Kata dandangan diambil dari suara bedug khas Masjid Menara Kudus, yang menimbulkan bunyi yang nyaring ‘dang’.

Pada mulanya, dandangan merupakan tradisi berkumpulnya para santri di depan Masjid Menara Kudus menjelang Ramadhan untuk menunggu pengumuman dari Sunan Kudus tentang penentuan awal puasa.

Baca juga: Desa Margorejo, Penghasil Durian di Kudus yang Kini Jadi Desa Wisata

Seiring dengan berkembangnya waktu, momentum ini juga dimanfaatkan para pedagang untuk berjualan di sekitar masjid.

Saat ini, tradisi dandangan juga menampilkan Kirab Dandangan yang merupakan representasi budaya di Kudus, seperti visualisasi Kiai Telingsing, Sunan Kudus, rumah adat Kudus, batil (merapikan rokok), dan lain-lain.

6. Malamang, Padang

Tradisi malamang dilakukan oleh warga Kecamatan Pauh, Padang, Sumatera Barat seperti dikutip dari Tribun Travel (25/2/2021).

Rumah gadang khas Minangkabau DOK. Shutterstock/Zulfikri SasmaShutterstock/Zulfikri Sasma Rumah gadang khas Minangkabau DOK. Shutterstock/Zulfikri Sasma

Tradisi turun temurun ini dilakukan dengan membuat makanan lamang yakni makanan khas Minang yang terbuat dari beras ketan. Uniknya, lamang tersebut dimasak dengan cara dimasukkan ke dalam bambu panjang kemudian dibakar dengan dilapisi daun pisang.

Lamang biasanya menjadi makanan pembuka saat buka puasa. Tradisi malamang biasanya dilakukan sepekan hingga sehari menjelang Ramadhan.

7. Arwah jamak, Demak

Arwah jamak adalah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Demak, seperti dikutip dari Kompas.com (12/4/2021). Tradisi ini sudah ada sejak masa Sunan Kalijaga.

Makam raja-raja Demak di Kompleks Masjid Agung Demak.demakkab.go.id Makam raja-raja Demak di Kompleks Masjid Agung Demak.

Arwah jamak dilakukan dengan membca doa untuk orang tua, sanak saudara, serta leluhur yang sudah meninggal. Doa akan dibacakan bersama-sama menjelang datangnya bulan Ramadhan dan sepuluh hari terakhir pada malam ganjil Ramadhan.

Baca juga: Saat Ramadhan, Masjidil Haram dan Kakbah Diberi Parfum 10 Kali Sehari

Warga yang ingin mendoakan orang tua, saudara, dan leluhurnya secara berjamaah biasanya memberikan sedekah uang untuk tiap satu nama arwah. Uang yang terkumpul akan digunakan untuk menyantuni anak yatim piatu.

8. Meugang, Aceh

Menjelang Ramadhan, masyarakat Aceh ramai-ramai membeli daging sapi, lalu memasaknya, dan menyantapnya bersama keluarga. Tak jarang, mereka mengundang tetangga, anak yatim, dan fakir miskin untuk menikmati hidangan.

Ilustrasi kari daging, mirip dengan serapah daging tapi berkuah. Dok. Sajian Sedap Ilustrasi kari daging, mirip dengan serapah daging tapi berkuah.

Tradisi unik di Aceh ini memiliki nama meugang, seperti dikutip dari Kompas.com (11/4/2021).

Marzuki Abubakar dalam penelitiannya, Tradisi Meugang dalam Masyarakat Aceh: Sebuah Tafsir Agama dalam Budaya menuliskan, daging itu diolah sesuai dengan menu masakan derah masing-masing, seperti asam keueung, kari, gulai merah, dan lainnya.

9. Nyorog, Jawa Barat

Suku Betawi di Jawa Barat memiliki tradisi bernama nyorog, untuk menyambut datanganya bulan suci Ramadan.

Mengutip situs Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, (27/4/2021), nyorog dilakukan dengan berbagi bingkisan makanan ke sanak saudara dan keluarga yang tinggalnya berjauhan.

Rumah Betawi di Pulau Bidadari

KOMPAS.com/JESSI CARINA Rumah Betawi di Pulau Bidadari

Sebab, masyarakat Betawi pada zaman dulu memiliki tempat tinggal yang berjauhan antara satu dengan yang lainnya karena dibatasi hutan dan kebun.

Bingkisan makanan yang dikirimkan dalam tradisi Nyorog ini berupa kue-kue, atau bahan makanan mentah, yaitu gula, susu, kopi, sirup, beras, ikan, dan daging. Terkadang bingkisan nyorog berupa makanan khas Betawi yang dimasukkan ke dalam rantang, misalnya sayur gabus pucung.

Baca juga: Resep Sekubal, Kuliner Ramadhan dan Lebaran Khas Lampung yang Mirip Lontong

Tradisi merupakan tanda penghormatan dari orang yang lebih muda kepada orang yang lebih tua. Tradisi nyorog tak hanya dilakukan untuk menyambut bulan Ramadhan saja, namun juga saat Idul Fitri dan upacara pernikahan.

10. Megengan, Jawa Timur

Tradisi megengan merupakan tradisi menyambut bulan Ramadan oleh masyarakat Provinsi Jawa Timur.

Warga berebut kue apem di Masjid Al Akbar Surabaya, Jumat (3/4/2019)KOMPAS.com/ACHMAD FAIZAL Warga berebut kue apem di Masjid Al Akbar Surabaya, Jumat (3/4/2019)

Mengutip Tribun Jatim, (22/3/2022), megengan berasal dari kata megeng, yang berarti menahan. Filosofinya adalah menahan segala hal yang membatalkan ibadah puasa, dari lapar dan haus, serta hawa nafsu.

Tradisi ini dilakukan dengan kenduri atau selamatan, biasanya di masjid atau mushola. Tak lupa, setiap warga membawa makanan untuk saling berbagi nantinya.

Dalam tradisi megengan, ada satu makanan yang tak akan pernah tergantikan, yaitu kue apem. Nama apem berasal dari kata bahasa Arab yakni afwan, yang berarti maaf atau ampunan sebagai simbol permohonan ampun kepada Tuhan YME.

11. Dugderan, Semarang

Dugderan merupakan tradisi unik menjelang Ramadhan dari Semarang, Jawa Tengah.

Prosesi dugderan saat sampai di Masjid Agung Jawa Tengah, Kamis (25/5/2017). Ribuan warga Semarang mengikuti jalannya prosesi karnaval dugderan. Karnaval dimulai dari halaman Balaikota pukul 13.00 WIB, kemudian melewati Jalan Pemuda menuju Masjid Kauman Semarang, dan berakhir di Jalan Kolonel Sugiyono.KOMPAS.com/NAZAR NURDIN Prosesi dugderan saat sampai di Masjid Agung Jawa Tengah, Kamis (25/5/2017). Ribuan warga Semarang mengikuti jalannya prosesi karnaval dugderan. Karnaval dimulai dari halaman Balaikota pukul 13.00 WIB, kemudian melewati Jalan Pemuda menuju Masjid Kauman Semarang, dan berakhir di Jalan Kolonel Sugiyono.

Mengutip situs Perpustakaan dan Informasi Tentang Budaya Lokal Jawa Tengah (14/12/2016), upacara ini merupakan perpaduan tiga etnis yang mendominasi masyarakat Semarang yakni Jawa, Tionghoa, dan Arab.

Nama dugderan diambil dari suara bedug yang ditabuh yakni 'dug' dan 'der'. Tabuhan bedug tersebut merupakan pertanda dimulainya bulan Ramadhan.

Tradisi ini diramaikan dengan ikon berupa warak ngendhog yakni atraksi replikasi hewan berkaki empat namun berkepala mirip naga.

12. Nyadran, Jawa Tengah

Tradisi nyadran atau sadranan merupakan tradisi yang banyak dilakukan di daerah Jawa, utamanya Jawa Tengah.

Mengutip Tribun Jatim, (22/3/2022), kata nyadran berasal dari bahasa Sanskerta, yakni sraddha yang berarti keyakinan.

Warga melakukan ziarah kubur di tempat pemakaman umum (TPU) Karet Tengsin, Jakarta Pusat, Rabu (22/4/2020). Pemprov DKI Jakarta mengimbau warga untuk menunda ziarah di tempat pemakaman umum (TPU) menjelang Ramadhan. Tujuannya untuk mencegah penyebaran virus corona tipe 2 (SARS-CoV-2) penyebab Covid-19.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Warga melakukan ziarah kubur di tempat pemakaman umum (TPU) Karet Tengsin, Jakarta Pusat, Rabu (22/4/2020). Pemprov DKI Jakarta mengimbau warga untuk menunda ziarah di tempat pemakaman umum (TPU) menjelang Ramadhan. Tujuannya untuk mencegah penyebaran virus corona tipe 2 (SARS-CoV-2) penyebab Covid-19.

Tradisi ini dilakukan dengan cara mendatangi makam orang tua atau saudara yang sudah meninggal, kemudian membersihkan makam sembari menaburkan bunga.

Tak lupa, mereka mendoakan mendiang orang tua dan saudaranya tersebut saat melakukan nyadran. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com