MAUMERE, KOMPAS.com - Ratusan warga memadati pesisir pantai di Desa Sikka, Kecamatan Lela, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Kamis (24/3/2022) malam.
Mereka berbondong bondong menyusuri kolam-kolam kecil yang berada pesisir pantai itu sembari berburu ule nale. Dalam bahasa setempat ule berarti cacing dan nale berarti cacing. Ule nale artinya cacing laut.
Berburu ule nale sudah menjadi tradisi tahunan warga Sikka. Sebab, cacing laut ini hanya muncul sekali dalam setahun.
Baca juga: Kampung Adat Wae Rebo di NTT Sudah Bisa Dikunjungi Turis Asing dan Lokal
Ukuran ule nale sangat bervariasi, ada yang besar, ada pula yang kecil. Untuk ukuran yang kecil bisa ditangkap menggunakan kelambu atau jaring.
Sementara yang besar bisa ditangkap dengan tangan. Namun, harus pelan karena ule nale bisa hancur.
Wilda, warga setempat mengatakan, Ule nale biasanya muncul saat bulan gelap, yang ditandai dengan aroma bau amis dari laut.
"Kalau aromanya mulai terasa itu berarti ule nale muncul. Banyak warga mulai berdatangan untuk berburu," ujar Wilda.
Baca juga: Waterfront City Labuan Bajo Jadi Magnet Baru Pariwisata NTT
Begitu juga saat akan hilang, bau amis akan terasa, disertai hujan, angin, dan petir dari arah laut.
Konon kata Wilda, saat musim ule nale warga menggunakan obor sebagai penerangan. Namun, seiring perkembangan jaman, banyak yang menggunakan senter atau lampu handphone.
"Perlahan-lahan kesan tradisionalnya sudah mulai berkurang. Tetapi setiap tahun masih dilakukan," ujarnya.
Baca juga: Pantai Pasir Putih Liang Mbala, Spot Berjemur di Manggarai Timur NTT
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.