Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ule Nale, Tradisi Tahunan Sikka NTT yang Tak Boleh Diikuti Ibu Hamil

Kompas.com - 26/03/2022, 16:04 WIB
Serafinus Sandi Hayon Jehadu,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

MAUMERE, KOMPAS.com - Ratusan warga memadati pesisir pantai di Desa Sikka, Kecamatan Lela, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Kamis (24/3/2022) malam.

Mereka berbondong bondong menyusuri kolam-kolam kecil yang berada pesisir pantai itu sembari berburu ule nale. Dalam bahasa setempat ule berarti cacing dan nale berarti cacing. Ule nale artinya cacing laut.

Berburu ule nale sudah menjadi tradisi tahunan warga Sikka. Sebab, cacing laut ini hanya muncul sekali dalam setahun.

Baca juga: Kampung Adat Wae Rebo di NTT Sudah Bisa Dikunjungi Turis Asing dan Lokal

Ukuran ule nale sangat bervariasi, ada yang besar, ada pula yang kecil. Untuk ukuran yang kecil bisa ditangkap menggunakan kelambu atau jaring.

Sementara yang besar bisa ditangkap dengan tangan. Namun, harus pelan karena ule nale bisa hancur.

Ule nale yang muncul Saat Bulan Gelap

Wilda, warga setempat mengatakan, Ule nale biasanya muncul saat bulan gelap, yang ditandai dengan aroma bau amis dari laut.

"Kalau aromanya mulai terasa itu berarti ule nale muncul. Banyak warga mulai berdatangan untuk berburu," ujar Wilda.

Baca juga: Waterfront City Labuan Bajo Jadi Magnet Baru Pariwisata NTT

Begitu juga saat akan hilang, bau amis akan terasa, disertai hujan, angin, dan petir dari arah laut.

Foto: ule nale atau cacing laut yang sudah ditangkap.Serafinus Sandi Hayon Jehadu / Kompas.com Foto: ule nale atau cacing laut yang sudah ditangkap.

Konon kata Wilda, saat musim ule nale warga menggunakan obor sebagai penerangan. Namun, seiring perkembangan jaman, banyak yang menggunakan senter atau lampu handphone.

"Perlahan-lahan kesan tradisionalnya sudah mulai berkurang. Tetapi setiap tahun masih dilakukan," ujarnya.

Baca juga: Pantai Pasir Putih Liang Mbala, Spot Berjemur di Manggarai Timur NTT

la menjelaskan, setelah ditangkap, ule nale disimpan di wadah. Selanjutnya, tidak perlu dicuci tetapi langsung dimasak. Karena kalau dicuci ule nale akan hancur, dan mencair.

Pantangan dalam tradisi Ule Nale

Warga lain, Hendrikus mengatakan, ule nale biasanya muncul minggu ketiga Pra Paskah atau Jalan Salib ketiga di bulan Maret atau April setiap tahun. Meski demikian, tradisi ini mempunyai pantangan yang harus dipatuhi oleh semua warga.

Hendrikus menjelaskan, ketika ule nale hendak muncul, perempuan yang sedang hamil dan suaminya tidak boleh berdiri di tepi pantai.

Baca juga: Kampung Adat Bena, Perkampungan Megalitikum di Ngada NTT

Termasuk perempuan yang sedang mengalami menstruasi. Bila pantangan ini dilanggar, maka ule nale akan hilang dengan sendirinya.

"Mereka dilarang berdiri di pinggir laut atau mencoba menangkap ule nale. Karena ule nale pun akan hilang atau berubah menjadi air sehingga tidak bisa ditangkap lagi," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com