Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Dugderan, Tradisi Sambut Ramadhan di Kota Semarang

Kompas.com - 27/03/2022, 09:03 WIB
Ulfa Arieza ,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

Dalam beberapa kesempatan, dugderan juga diselenggarakan di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT). Berdasarkan informasi dari Portal Resmi Provinsi Jawa Tengah, perayaan dugderan 1440 hijriah bertepatan dengan 2018, berlangsung di MAJT.

Baca juga: Pengalaman Puasa di Jepang, Tarawih Bergantian sampai Bukber Online

Saat itu, Walikota Semarang Hendrar Prihadi melakukan halaqah atau diskusi dengan ulama di Masjid Agung Kauman untuk menetapkan awal pelaksanaan ibadah puasa.

Hasil halaqah kemudian diarak bersama dengan warga Semarang dari Masjid Agung Kauman menuju MAJT, untuk diserahkan kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Selanjutnya, Ganjar mengumumkan hasil halaqah tersebut kepada masyarakat sebagai penanda awal bulan suci Ramadhan.

Menutup pengumuman, Ganjar lantas memukul bedug di MAJT secara berulang-ulang, yang diikuti bunyi petasan. Sorak sorai dan tepuk tangan masyarakat langsung menggema di pelataran masjid berpayung raksasa itu.

Baca juga: Saat Ramadhan, Masjidil Haram dan Kakbah Diberi Parfum 10 Kali Sehari

Warak ngendhog

Salah satu ikon dalam acara dugderan adalah warak ngendhog. Mengutip situs situs Perpustakaan dan Informasi Tentang Budaya Lokal Jawa Tengah (14/12/2016), warak ngendog adalah mainan anak-anak yang dulu sangat populer di Kota Semarang dan sekitarnya.

Bentuk fisik warak ngendog mewakili suku-suku yang hidup di Kota Semarang, meliputi Jawa, Tionghoa, dan Arab. Unsur suku Jawa diwakili oleh postur warak yang menyerupai kambing.

Sementara, unsur etnis Tionghoa yakni kepala warak yang mirip dengan naga. Sedangkan, unsur suku Arab diwakili dengan bulu-bulu warak.

Baca juga:

Warak ngendog hanyalah makhluk rekaan yang merupakan simbol persatuan dari berbagai etnis di Kota Semarang tersebut. Sementara itu, nama ngendog adalah bahasa Jawa yang berarti bertelur.

Hal ini menyimbolkan pahala yang didapat seseorang setelah menjalani proses penyucian. Secara harfiah, warak ngendog bisa diartikan sebagai individu yang menjaga kesucian di bulan Ramadhan, kelak akan mendapatkan pahala di hari Lebaran.

Dugderan 2022

Lantas, bagaimana perayaan dugderan tahun ini? Berdasarkan informasi dari Tribun Jateng (8/03/2022), tradisi dugderan tetap akan digelar pada tiga atau dua hari sebelum Ramadhan tiba.

Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi mengatakan, Pemerintah Kota Semarang belum berani membuat event atau kegiatan secara spektakuler. Namun, dugderan akan tetap digelar karena sudah menjadi budaya masyarakat Kota Semarang.

Baca juga:

Serupa dengan tahun lalu, dugderan akan digelar secara sederhana untuk mencegah penularan Covid-19. Selain itu, semua warga yang datang harus menerapkan protokol kesehatan ketat. 

"Beberapa kawan OPD menanyakan ke saya terkait dugderan. Kalau lihat kondisi hari ini, dugder akan tetap diadakan tapi belum semeriah seperti tahun-tahun sebelum ada Covid-19," terang Hendi, seperti dikutip Kompas.com dari Tribun Jateng.

Terkait konsep acara, Hendi belum dapat membeberkan secara detail. Hanya saja, konsepnya tentu tidak jauh berbeda dengan dugderan tahun lalu yang digelar secara sederhana.

Rencananya, dugderan tahun ini akan dipusatkan di dua titik yaitu halaman Balaikota Semarang dan di Kauman. Sementara pelaksaan dugderan di MAJT, masih menunggu petunjuk Gubernur Jawa Tengah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com