Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Taman Balekambang di Kota Solo, Taman Tanda Cinta Orangtua

Kompas.com - 28/03/2022, 08:08 WIB
Anggara Wikan Prasetya

Penulis

KOMPAS.comKota Solo memiliki banyak peninggalan sejarah yang kini menjadi tempat wisata.

Itu karena terdapat dua istana di Kota Solo, yakni Keraton Surakarta Hadiningrat dan Keraton Mangkunegaran.

Keraton Surakarta merupakan istana terakhir kerajaan Mataram Islam setelah pindah dari Kartasura pada 1745.

Baca juga: Semboyan dan Slogan Kota Solo Beserta Makna dan Artinya

Adapun Mataram Islam kemudian dibagi menjadi dua, yakni Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta melalui Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755.

Kadipaten Mangkunegaran kemudian menjadi kadipaten otonom melalui Perjanjian Salatiga pada 17 Maret 1757, serta mendapat wilayah kekuasaan sebagian dari Kasunanan Surakarta  dan Ngawen milik Kasultanan Yogyakarta.

Salah satu peninggalan sejarah di Kota Solo yang kini menjadi tempat wisata adalah Taman Balekambang.

Sejarah Taman Balekambang Solo

Kompas.com sempat berkunjung ke Taman Balekambang Kota Solo pada Minggu (28/3/2022) bersama rombongan Surakarta Walking Tour.

Pemandu bernama Muhammad Aprianto pun menjelaskan kepada rombongan seputar Taman Balekambang Solo.

Taman Balekambang merupakan salah satu tempat tujuan wisata di Solo, Jawa TengahKOMPAS.com/LABIB ZAMANI Taman Balekambang merupakan salah satu tempat tujuan wisata di Solo, Jawa Tengah

“Taman Balekambang sudah berdiri sejak 1921 sebagai taman perwujudan cinta kasih sayang orangtua ke anaknya,” kata Apri di Taman Balekambang, Minggu.

Ia melanjutkan, terdapat dua patung Gusti Raden Ayu Partinah dan Gusti Raden Ayu Partini. Keduanya adalah putri dari Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Haryo Mangkunegaran Ingkang Kaping-7 (Mangkunegara VII).

Baca juga: Jam Buka Stadion Manahan Solo untuk Aktivitas Olahraga

“Sebelumnya, Taman Balekambang tertutup, hanya untuk keluarga kerajaan saja. Namun, sejak 1944 ketika Mangkunegara 8 memerintah, tempat ini akhirnya dibuka untuk umum,” tutur Apri.

Partinah Bosch

Rombongan kemudian berjalan menjelajah Taman Balekambang. Lokasi pertama yang didatangi adalah Partinah Bosch.

Lokasi pertama ini bisa dibilang sebagai taman hutan. Apri menjelaskan bahwa bosch berasal dari bahasa Belanda yang berarti hutan.

Rombongan berfoto di Partinah Bosch Taman Balekambang Solo.KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Rombongan berfoto di Partinah Bosch Taman Balekambang Solo.

Terdapat patung Gusti Raden Ayu Partinah yang dibangun di atas kolam. Di sekeliling kolam, bediri pohon-pohon yang rindang dan padang rumput.

“Partinah kemudian menikah dengan putra Bupati Batang Murdokusumo. Namanya menjadi Partinah Murdokusumo,” tutur Apri.

Baca juga: Jejak Eropa di Balai Kota Solo, Ada Bunker Belanda dari Tahun 1941

Setelah menikmati suasana teduh di Partinah Bosch, rombongan kemudian berjalan menuju lokasi kedua, yakni Partini Tuin.

Partini Tuin

Lokasi kedua dalam Taman Balekambang adalah Partini Tuin, berupa kolam. Saat ini, kolam dimanfaatkan untuk aktivitas wisata becak air dan memancing.

Taman Partini Tuin diambil dari nama putri KGPAA Mangkunegoro VII di Taman Balekambang Solo.KOMPAS.com/Labib Zamani Taman Partini Tuin diambil dari nama putri KGPAA Mangkunegoro VII di Taman Balekambang Solo.

Terdapat patung Gusti Raden Ayu Partini yang ada di tengah kolam. Di sisi barat kolam terdapat kolam renang dan Balai Apung.

Kolam renang tersebut dulunya hanya khusus untuk keluarga kerajaan. Namun, saat ini kolam itu tidak digunakan karena airnya kotor.

Baca juga: Rute ke Gunung Kemukus dari Kota Solo, Hanya Satu Jam

Dari jauh, Balai Apung terlihat seperti mengambang di air. Itulah asal penamaan Taman Balekambang, berasal dari bale atau balai yang kemambang atau terapung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com